Buhun dalam bahasa Sunda memiliki arti kuno/lama. Dengan demikian dapat dikatan bahwa notasi buhun adalah salah satu notasi yang memiliki usia relatif lama dibangdingkan dengan notasi-notasi musik lainnya yang ada di daerah Sunda.
Di dalam proses belajar mengajar gamelan Sunda, notasi buhun ini biasa disebut dengan istilah notasi tabuh. Disebut notasi tabuh karena notasi ini tidak saja memiliki kesulitan untuk menuliskan melodi lagu, tetapi juga dalam hal membacanya. Notasi ini merupakan notasi mutlak yang berkembang di dalam khasanah musik tradisional Sunda yang hingga saat ini masih banyak dipergunakan, tidak saja di dalam pembelajaran gamelan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi seni, tetapi juga di daerah-daerah di Jawa Barat.
Notasi buhun yang biasa digunakan di dalam proses pembelajaran musik tradisional Sunda khususnya gamelan pelog dan salendro, ditulis dengan menggunakan lambang-lambang huruf, yaitu S kependekan dari kata Singgul, G dari Galimer, P dari Panelu, L dari Loloran, B/T dari Barang/Tugu. Perhatikan contoh berikut di bawah ini.
S - - G - - P - - L - - B/T - - S
Keterangan:
S kepanjangan dari Singgul
G kepanjangan dari Galimer
P kepanjangan dari Panelu
L kepanjangan dari Loloran
B kepanjangan dari Barang
T kepanjangan dari Tugu
Contoh penulisan notasi buhun untuk penulisan pola tabuh baik gamelan maupun yang lainnya, adalah sebagai berikut.
LAGU GENDU
| ------------------ S | ---------------- B | ---------------- S | --------------- G |
LAGU SENGGOT
| ------------------ S | ---------------- G | ---------------- S | --------------- L |
| ------------------ S | ---------------- G | ---------------- S | --------------- B |
Notasi Da-mi-na
Notasi da – mi – na adalah notasi yang diciptakan oleh seorang tokoh musik tradisional Sunda yang bernama Raden Mahyar Angga Kusumadinata pada tahun 1925. Sejak diciptakannya notasi ini hingga sekarang, notasi da – mi – na ini lebih populer dan bahkan lebih banyak digunakan baik di dalam proses pembelajaran musik tradisional Sunda maupun untuk kepentingan lainnya.
Notasi da – mi – na ditulis dengan menggunakan lambang-lambang angka dari mulai angka satu (1) hingga angka lima (5). Secara rinci dapat dijelaskan bahwa:
Angka 1 dibaca da
Angka 2 dibaca mi
Angka 3 dibaca na
Angka 4 dibaca ti, dan
Angka 5 dibaca la.
Untuk membedakan tinggi rendahnya nada digunakan tanda titik yang diletakan di bawah dan di atas nada. Tanda titik yang ditempatkan di atas nada, dibaca rendah. Sedangkan yang diletakan di bawah nada, dibaca tinggi. Perhatikan contoh berikut.
Contoh :
Notasi da – mi – na biasa disebut dengan notasi relatif atau notasi lagu. Disebut notasi lagu, karena notasi ini biasa digunakan untuk menuliskan lagu.
Tanda titik pada notasi da-mi-na selain untuk menentukan tinggi rendahnya nada yang akan dibaca, tetapi juga jika diletakan di depan nada yang ditulis, maka nilai nada yang berada di belakangnya harus dibaca panjang karena ditambah dengan nilai titik yang ada di depannya. Selain menggunakan angka satu (1) sampai dengan lima (5), pada notasi da-mi-na ini juga menggunakan angka nol (0). Angka nol pada notasi ini digunakan untuk menuliskan tanda berhenti/istirahat.
Notasi Da-mi-na ini banyak digunakan oleh para seniman musik daerah Sunda, terutama pada sekolah-sekolah musik yang ada di daerah Jawa Barat. Penguasaan baca tulis notasi ini sangat penting untuk dapat mempelajari berbagai karya musik yang telah dituliskan oleh pendahulu kita. Perhatikan contoh di bawah ini.
Untuk dapat membaca notasi sebuah lagu, terlebih dahulu Anda harus menghapal nama-nama not dan tanda bacanya. Oleh karena itu hapalkanlah nama-nama lambang nada tersebut di atas, agar memudahkan Anda dalam membacanya. Untuk menghapal notasi da-mi-na ini, bacalah dengan baik beberapa notasi lagu dalam beberapa lagu model berikut di bawah ini.
AYUN AMBING
Laras : Degung Rumpaka : Djoedjoe. S
Surupan : 1 = Tugu Gerakan : Sedeng
KOPERASI
a. hiji sarat keur kamajuan
Sauyunan jeung babaturan
Samiuk saati nyieun koperasi
Dicumponan ku nyengcelengan
Koperasi rik-rik gemi
Perbawa resep apik kana rijki
Nyengcelengan unggal bulan
Jeujeuh pakeun perlu jadi pangajaran
b. Ngeureut miceun dipitumenen
Nyengcelengan mayeng leukeunan
Laku bibilintik sautak-saeutik
Reug-reug pageuh boga simpenan
Koperasi pambrih mukti
Mangpaatna nambah kekel ekonomi
Ra’yat sehat nagri kuat
Indonesia pinasti unggah darajat.
Jika di dalam notasi musik barat terdapat nada – nada yang dinaikan dan diturunkan setengah dengan menggunakan tanda kruis (#) dan mol ( b), maka di dalam notasi musik da-mi-na pun terdapat nada-nada yang dinaikan setengah, yaitu dengan menggunakan tanda minus (-) untuk yang dinaikan dan tanda tambah (+) untuk nada yang diturunkan. Untuk nada-nada yang dinaikan dibaca dengan menggunakan akhiran i (di, ni, li, dan seterusnya), sedangkan untuk nada yang diturunkan dibaca dengan menggunakan akhiran eu (meu, teu, leu, dan seterusnya).
Contoh :
3- dibaca ni
1- dibaca di
2+ dibaca meu
5+ dibaca leu, dan seterusnya
Artikel Keanekaragaman Musik Daerah Lainnya :
Artikel Keanekaragaman Musik Daerah Lainnya :
- Pentingnya Musik Dalam Kehidupan Setiap Suku Bangsa di Indonesia
- Notasi Musik Merupakan Bahasa Yang Digunakan Untuk Berkomunikasi
- Mengenal Lebih Dalam Tentang Notasi Musik Buhun Beserta Contohnya
- Penjelasan Tentang Apakah Yang Dimaksud Dengan Notasi
- Istilah Tangga Nada Dalam Musik Tradisional Karawitan
- Penjelasan Detail Tentang Laras Salendro Beserta Contoh
- Penjelasan Tentang Laras Pelog Beserta Contoh
- Perbedaan Antara Laras Pelog Dengan Laras Degung
- Berikut Adalah Penjelasan Mengenai Laras Degung Beserta Contoh
0 komentar:
Posting Komentar