Pada hakekatnya dalam kehidupannya, manusia tercipta bukan tanpa sebab di alam semesta ini, tetapi karena anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana manusia di beri kepercayaan sebagai khalifah yakni sebagai perekayasa alam semesta ini dengan kedudukan dan martabat yang lebih tinggi dari ciptaan Tuhan lainnya. Dengan kata lain hubungan pertama yang ada dalam keberadaan manusia sebagai sebab akibat adalah hubungan sebagai hubungan makhluk (yang diciptakan) dan Kholiq (sebagai penciptanya), yang bersifat transedental dan vertical.
Dalam kehidupan sebagai makhluk pribadi (individu) manusia dibekali watak, kehendak dan kepentingan masing-masing dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam pemenuhannya kadang sejalan dengan pribadi (individu) lainnya dan kadang bertentangan (berbeda) dengan pribadi (individu) lainnya. Dalam hal mewujudkan kepentingan yang sejalan, mencerminkan hakekat kebersamaan kehidupan bersama manusia, dan dalam hal terjadinya perbedaan kepentingan diantara satu dengan yang lainnya, mencerminkan hakekat manusia sebagai makhuk sosial yang ketergantungan satu sama lainnya sehingga memerlukan interaksi dan kerjasama yang sinergis yakni memberikan manfaat antara satu bagi yang lainnya.
Dalam keberagaman kepentingan dalam kehidupan manusia, meskipun manusia dapat dipandang dari berbagai segi seperti pandangan yang meninjau manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, ekonomis, sosial dan budaya. Namun manusia tetap dipandang sebagai kesatuan makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan hidup dimana berbagai unsur satu dengan yang lain saling melengkapi sebagai satu kesatuan yang utuh, saling memberikan manfaat agar terjadi kehidupan yang aman, damai sejahtera yang mencerminkan kedudukan dan martabat kemanusiaan sebagai khalifah di alam semesta ini, sebagai konsekuensinya apabila manusia melanggar kedudukan dan martabatnya tersebut maka akan menimbulkan masalah dalam hidupnya. Inilah sebabnya manusia harus belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya, harus menciptakan syarat-syarat sendiri untuk dapat menyesuaikan dengan hukum-hukum Tuhan dalam alam dimana dia hidup. Proses belajar tersebut merupakan unsur penting yang harus diperkuat melalui pengalaman dan pelajaran bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan pokok, kebutuhan yang bersifat sekunder atau tersier. Pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup ini menghasilkan nilai-nilai yang positif maupun yang negatif sehingga manusia mempunyai konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang baik dan harus dianut dan apa yang buruk yang harus di hindari.
Sistem nilai tersebut sangat berpengaruh terhadap pola-pola berpikir manusia yang merupakan suatu pedoman mental baginya agar dapat mempertahankan hidup yang berguna baik bagi dirinya maupun bagi alam semesta di mana dia berada dengan kata lain manusia memiliki eksistensi dalam hidupnya.
Pola-pola berpikir manusia mempengaruhi sikap atau kecenderungan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap manusia maupun keadaan lingkungan alam semesta lainnya.Sikap-sikap ini selanjutnya membentuk kaidah-kaidah (aturan-aturan) oleh karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas sesuai kedudukan dan martabatnya.Konsepsi tentang kehidupan yang teratur dan sepantasnya menurut kedudukan dan martabatnya menurut manusia adalah berbeda-beda. Oleh sebab itu, diperlukan patokan-patokan yang berupa kaidah-kaidah (Norma-norma) dengan kata lain kaidah atau norma merupakan patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku yang diharapkan.
Pergaulan hidup manusia sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terdapat berbagai macam kaidah atau norma yang mengatur peri kehidupannya. Berkenaan dengan kaidah-kaidah atau norma-norma tersebut kita mengenal berbagai kaidah atau norma yang meliputi norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan , norma adat dan norma hukum.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas hakekat kehidupan manusia dengan alam semesta adalah wujud kesatuan yang memancarkan kebersamaan yang harmonis dan sinergis.Masing-masing dengan sifat wujud dengan fungsi yang ditetapkan oleh kaidah (hukum) alam sendiri ditetapkan oleh Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.Oleh karenanya kaidah (Hukum) manusia dalam bertingkah laku harus sesuai dengan ketetapan hukum Tuhan. Manusia yang memiliki kesadaran dan keyakinan akan kebenaran terhadap apa yang dihargai dalam hidupnya untuk dilakukannya dan akibat yang dilakukannya yang bersumber pada kaidah (norma) yang dianut dalam hidupnya, dikatakan manusia bermoral, dengan kata lain moral adalah merupakan kesadaran dan keyakinan manusia terhadap pertimbangan baik buruk, benar salahnya terhadap apa yang dilakukannya yang bersumber pada norma-norma yang dianutnya. Potensi dan kodrat kepribadian manusia berkesadaran dan berkeyakinan nilai yang tinggi, luhur dan luas mampu menghayati keTuhanan dan keagamaan, filsafat dan ilmu dan budaya, etika dan estetikayang menunjukkan kodrat martabat dan kepribadian manusia yang utama karena hanya subjek manusia yang berkesadaran dan berkeyakinan nilai sedangkan realitas objektif manusia adalah dalam kebersamaan dengan saling ketergantungan secara sinergis langsung maupun tidak langsung. Adapun antar hubungan dan interaksi dalam kebersamaan dapat berlangsung dalam dirinya, keluarga, dalam masyarakat Negara maupun dunia global yang berlandaskan tata nilai (sistem nilai).
Bila alam semesta harmonis dengan hukum alam, maka umat manusia , masyarakat, warga negara dan bangsa akan harmonis berdasarkan kodrat cinta kasih dari dasar kelahirannya sebagai sifat Tuhan yang maha pengasih dan penyayang yang wujud ikatan keharmonisan warga Negara, bangsa berdasarkan pada nilai-nilai kenegaraan yang berlaku seperti : Filsafat negara, norma negara atau hukum dasar negara.
Dari uraian diatas ada beberapa konsep dasar penerapan dalam kehidupan manusia yang perlu dibahas selanjutnya yaitu berkaitan dengan :
1. Pengertian nilai, norma Dan moral
2. Sumber-sumber moral
3. Norma dalam kehidupan bermasyarakat
Hakekat kehidupan manusia
Tuhan menciptakan alam semesta dengan bentuk kesempurnaannya. Yang berupa :
· Benda
· Flora (Tumbuhan)
· Fauna (hewan)
· Manusia
1. Benda
Bentuk benda ciptaan tuhan yang utama dan pertama tercipta yaitu Bumi, matahari, bulan dan bintang dengan segala sifat utamanya dari sifat kebendaan yaitu bersifat fana dan rusak atau memiliki sifat unorganik (tidak hidup).
2. Flora
Bentuk Flora (tumbuhan) ciptaan Tuhan yang tercipta memiliki sifat memiliki sifat utama berupa kehidupan yang hidup (organik). Sifat tanda hidup adalah sifat tumbuh dan berkembang. Selain sifat keberadaan yang dimiliki tumbuhan, sifat tumbuh dan berkembanglah yang membedakan tumbuhan dengan benda atau ciptaan Tuhan lainnya.
3. Fauna
Fauna tercipta dengan segala sifatnya, sifat yang utama dari hewan adalah memiliki instink (naluri). Instink adalah hasrat ketubuhan dan kejiwaan yang refleks (tergerak secara spontan). Selain sifat keberadaan dan organik yang dimiliki hewan, sifat instink inilah yang membedakan hewan dari benda atau tumbuhan.
4. Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tercipta paling sempurna, kesempurnaan manusia ditandai oleh dilengkapinya akal budi dan hati nurani yang baik. Tuhan memberikan kesempatan kepada manusia sebagai khalifah di alam semesta ini, seakan menunjukkan suatu kemuliaan manusia yang di tugaskan sang pencipta kepada manusia untuk mengemban amanah alam semesta ini. Selain sifat kebendaan (unorganik), sifat Flora (tumbuh dan berkembang), sifat hewan (instink/naluri) yang dimiliki manusia, sifat akal budi dan hati nurani yang baik inilah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan lainnya. Hakekat alam semesta dan kehidupan pada hakekatnya yang menunjukkan kebersamaan yang harmonis. Masing-masing dengan sifat wujudnya, dengan fungsi yang ditetapkan oleh hukum alam. Hukum alam itu sendiri ditetapkan oleh yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
Matahari memancarkan cahaya dan panas sebagai prasyarat kehidupan makhluk hidup di bumi. Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia amat ditentukan oleh kondisi kerjasama bumi, bulan, dan matahari secara langsung, dan semua planet lain secara tidak langsung. Kehidupan manusia bahkan membutuhkan semuanya: panas, cahaya (dari matahari), udara, air, tanah subur, tumbuh-tumbuhan dan hewan (dari bumi). Demikian pula cahaya bulan dan bintang sebagai wujud malam untuk ketenangan istirahat manusia guna mengembalikan tenaga yang habis dikerahkan untuk bekerja di waktu siang.
Manusia lahir dan menemukan dirinya, mengembangkan pribadinya di dalam dan oleh keluarga. Kebersamaan yang di ikat oleh asas kodrati yang terdalam, yakni cinta-kasih menjadi pra wahana kehidupan. Bila kita renungkan keberadaan manusia, kita sadar dilahirkan berkat cinta-kasih orang tua kita, dibesarkan dan di didik juga dalam pengayoman cinta-kasih.
Antar hubungan dan antar aksi dalam kebersamaan dalam keluarga, pergaulan masyarakat dan negara, bahkan antar bangsa berlandaskan tata-nilai (sistem nilai). Bila alam semesta harmonis berdasarkan hukum alam, maka umat manusia, bangsa dan warganegara akan harmonis berdasarkan nilai-nilai kenegaraan yang berlaku seperti, filsafat negara, norma negara, atau hukum dasar negara.
Potensi dan kodrat kepribadian manusia berdasarkan nilai yang tinggi, luhur dan luas. Artinya, pribadi manusia mampu menghayati ketuhanan dan keagamaan, fisafat dan budaya, etika dan estetika, politik dan sejarah, ekonomi dan hukum, kejiwaan dan sosial. Kesadaran nilai setinggi dan seluas itu menunjukkan kodrat martabat dan kepribadian manusia yang utama dan hanya subjek manusia yang berkesadaran nilai, kesadaran ini meliputi:
1. Kesadaran diri pribadi, sadar atas keberadaan diri pribadi dengan potensi, jasmani-rohani, dengan rasa, karsa, pikir dan cipta serta budi nurani. Manusia sadar akan cita-citanya, hasrat cinta sesama, percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai Maha Pencipta dan kepada-Nya subjek bertanggung jawab (sama dengan kesadaran subjektif). Kesadaran diri dan kesadaran ketuhanan Yang Maha Esa, yakni yang beragama menjadi pangkal semua kesadaran nilai.
2. Kesadaran atas dunia luar, sebagai realitas subjektif diluar diri pribadi subjek, adanya alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, sesama manusia, benda dan budaya. Manusia menemukan diri (subjek pribadinya) dalam keberadaan bersama dalam kebersamaan. Keberadaan bersama dengan segala kondisi dan tantangan (kebutuhan menuntut penyesuaian, pergaulan, kerja dan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebudayaan).
Realitas objektif manusia dalam kebersamaan, dengan saling ketergantungannya langsung maupun tidak langsung memiliki empat objek yang mencakup kehidupan:
1. Tujuan Hidup
Tujuan hidup manusia yang utama adalah mencapai keridhoan Tuhan sebagai pencipta-Nya yaitu aman, sejahtera lahir-batin yang disebut bahagia. Tujuan hidup sesama manusia adalah sama dan setiap individu manusia melakukan aktivitas untuk meraihnya. Tujuan hidup semua manusia memiliki target sasaran yang bersifat idealis atau filosofis, serta hedonis (menginginkan sesuatu yang nikmat-nikmat/enak-enak). Walaupun semua tujuan hidup manusia sama, namun kekuasaan sang penciptalah yang menentukan perolehannya (keridhoan sang pencipta) yang diberikan sesuai dengan aktivitas manusia itu sendiri dalam mencapai keridhoan sang pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Kebutuhan Hidup
Kebutuhan hidup manusia lahir bersamaan dengan kelahiran manusia itu sendiri akan hak-hak yang dimilikinya sejak lahir. Hak-Hak azasi utama yang dimiliki manusia sejak lahir yang diberikan Tuhan pada manusia adalah mencakup:
a. Hak Hidup
Atas izin sang penciptalah manusia hidup dilahirkan melalui perantara Ayah-Ibunya. Sifat hak ini mutlak dimiliki manusia di alam semesta ini, sehingga tidak boleh terampas oleh siapapun, kapanpun, dimanapun di alam semesta ini kecuali oleh sang penciptanya, sehingga dirinya sekalipun tidak boleh/berhak untuk merampas hak hidup ini. Hak hidup melahirkan kewajiban hidup yaitu adanya saling menghormati hidup diantara sesama manusia. Dengan kata lain, diantara manusia harus saling menghormati hak hidupnya.
b. Hak Bebas
Walaupun setiap manusia dilahirkan melalui perantara Ayah dan Ibunya, pada hakekatnya setiap manusia diberikan kebebasan oleh sang pencipta untuk untuk mencapai kehidupannya sendiri-sendiri, yaitu memperoleh dan mempertanggung jawabkan dihadapan Tuhan sang penciptanya.
Sedangkan manusia-manusia lainnya memiliki kewajiban sesuai dengan kebebasan yang dimilikinya, dalam kerangka kehidupan bersama itulah setiap manusia memiliki hak dan kewajiban satu dengan yang lainnya. Dengan demikian hak kebebasan yang dimiliki oleh manusia pada dasarnya, kebebasan yang didasari oleh keterikatan pada sang pencipta untuk hidup secara harmonis di alam semesta ini, sehingga kebebasan ini memiliki sifat tidak mutlak, dalam arti kebebasan yang dibatasi oleh hak bebas dari manusia lainnya dengan kata lain kebebasan yang betanggung jawab yaitu dipertanggung jawabkan pada sang pencipta.
c. Hak Milik
Hak milik pertama dan utama yang diberikan sang pencipta kepada manusia hanyalah wujud ketubuhan, kejiwaan, sedangkan harta benda serta pengetahuan yang dimiliki manusia dianugrahkan oleh sang pencipta atas dasar aktivitas positif yang dilakukan manusia berdasarkan kemanfaatannya baik bagi dirinya maupun sesama manusia lainnya dalam semangat ibdah. Aktivitas positif manusia yang bermanfaat berupa ibadah inilah yang akan menjadi wahana manusia dalam mencapai keridhoan Tuhan sang pencipta agar mencapai kehidupan bahagia (aman, sejahtera lahir-batin) atau dengan kata lain selamat hidup di dunia dan selamat hidup di akhirat. Hakekat tubuh dan jiwa manusia merupakan suatu sistem (kesatuan dari beberapa komponen/organ yang memiliki fumgsi yang berbeda), oleh karena itu Notonagoro menyebutkan bersifat Monodualistik dan Monopluralistik. Monodualistik yaitu terdiri dari kesatuan jiwa dan raga.Monopluralistik yaitu kesatuan dari panca indera yang dimiliki manusia. Sebagai konsekuensi manusia, manusia akan hak miliknya tersebut, tidak boleh hak milik tersebut dirampas oleh siapapun, bagaimanapun dengan cara apapun sampai kapanpun, sekalipun. Oleh dirinya sendiri. Dengan demikian adanya jual beli organ tubuh manusia bentuk pelanggaran terhadap hak milik manusia dari tuhan penciptanya, bukan hanya melanggar tapi tidak akan mencapai keridhoan Tuhan Sang penciptanya.
3. Realitas hidup (kenyataan hidup)
Tuhan menciptakan manusia dengan segala perbedaan. Perbedaan yang pertama dan utama adalah diciptakannya laki-laki dan perempuan yang sudah jelas benda struktur jiwa dan raganya. Manusia yang pertama tercipta yaitu Adam dan Hawa. Kehendakan Tuhannya dari dua makhluk yang berbeda di satukan untuk saling melengkapi hidupnya didunia sehingga berkembangnya kehidupan umat manusia di bumu ini dalam ikatan kekeluargaan, cinta kasih dan kesadaran nilai sesuai potensi (fitrahnya) dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Realitas objek kealam semesta ini, dimana semua makhluk Tuhan ditempatkan inilah yang sering mendominasi kehidupan manusia, seolah menjadi tujuan dan kebutuhan hidupnya yang utama. Karena pribadi manusia (manusia sebagai makhluk individu) memerlukan benda-benda ekonomi (sandang, pandang, papan) sebagai salah satu kebutuhan hidupnya. Dengan demikian walaupun setiap manusia dalam gerak hidup menuju kebahagiaannya memiliki tujuan yang ideal atau filosofis namun politik, ekonomi, sosial, budaya realitas inilah yang akan menjadi objek rekayasa akal budi dan hati nurani manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan rekayasa yang didasarkan pada tata nilai kehidupan berupa: tata nilai agama, tata nilai filsafat, tata nilai budaya. Agar manusia mampu mencapai kebahagiaan hidup yang diridhoi Tuhan Y.M.E. dengan kata lain dengan agama hidup manusia menjadi terarah, dengan filsafat (ilmu) hidup manusia akan mudah dan dengan budaya (karya manusia yang indah) hidup manusia akan indah, baik dalam berhubungan tuhan Y.M.E, alam semesta dan manusia (masyarakat).
Dalam hakekat kebersamaan yang harmoni di alam semesta inilah manusia memiliki peran-peran utama yaitu sebagai :
· Makhluk Tuhan Y.M.E
· Makhluk Individu
· Makhluk Sosial
4. Perjuangan hidup
Setiap manusia berhak untuk mewujudkan tujuan hidup kebutuhan hidup dan realitas kehidupannya secara harmoni tujuan hidup yang bersifat Idealis Filosofis, kebutuhan hidup yang bersifat fisiologis maupun psikologis berkembang sesuai dengan kepemilikannya masing-masing individu bersifat yang hedonis, agresif dalam realitas hidupnya.
Sejalan dengan tujuan hidup dan kebutuhan hidup POLEKSOSBUD realis. Manusia bijak adalah manusia yang mampu menselaraskan tujuan hidup, kebutuhan hidup dan realitas hidupnya secara harmoni dan seimbang. Untuk mengselaraskan keempat aspek kehidupan tersebut maka perlu perjuangan hidup dengan akal budinya, pikirnya dan Ilmu pengetahuannya manusia berjuang mengenal Tuhan YME sebagai pencipta (Kholiq)alam semesta dan segala isinya sebagai sumber kekuatan hidupnya, mengenal diri pribadi sebagai makhluk Ciptaan Tuhan YME , mengenal hak-haknya (hidup, bebas milik) mengenal kewajiban (kepada tuhannya, kepada sama manusia kepada alam) perjuangan manusia tersebut harus senantiasa bergerak sejalan pada dua hal keseimbangan yaitu pada hal yang bersifat Idealis Filosofis dan Poleksosbud realis dalam hubungannya dengan Tuhan YME, alam dan manusia (Masyarakat) dengan berpedoman pada 3 tatanan Nilai yaitu Nilai Agama, Nilai Filsafat dan Nilai Budaya. Dalam kenyataan perjuangan hidup setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda dan saling bersinggungan antara satu dengan lainnya, yang secara positif akan melahirkan norma-norma kehidupan yang berakibat terjaminnya ketertiban hidup, namun secara negatif kadang persinggungan antar perjuangan hidup satu sama lainnya melahirkan konflik yang dalam ilmu sosiologi sering menumbuhkan situasi yang disebut Patologi sosial (Penyakit masyarakat).
Dapat diambil contoh timbulnya bencana alam adalah sebagai akibat dari manusia tidak mampu menselaraskan 3 aspek kehidupan dalam memperjuangkan hidupnya. Dengan semena-mena memanfaatkan alam semesta secara berlebihan, karena keserakahannya dalam memenuhi hasrat hedonis kebutuhan hidupnya, sehingga tujuan hidup dan realitas hidup diperjuangkan secara tidak harmonik dan membabi buta. Demikian pula dekadensi moral terjadi akibat manusia tidak mampu berjuang menselaraskan secara wajar dan halal. Predikat khalifah yang diamanatkan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia ditafsirkan sebagai penguasa alam, seolah-olah alamlah yag menjadi pelayan manusia yang harus memenuhi segala kebutuhan manusia, padahal alam sebagaimana manusia sama-sama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sama-sama memerlukan interaksi yang sinergis, dalam rangka mengabadikan kehidupan ini.
Kompleksitasnya kehidupan manusia sebagai bagian dari alam semesta akan melahirkan peran-peran lain dalam kehidupannya, karenanya ada beberapa tata nilai dalam kehidupan manusia yaitu tata nilai agama, tata nilai filsafat, dan tata nilai budaya, agar manusia mampu menserasikan antara tujuan hidupnya, kebutuhan hidupnya, dengan realitas hidup yang dihadapinya yang diperjuangkannya berdasarkan keridhoan Tuhan dalam mencapai hidup bahagia. Secara skematis penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
0 komentar:
Posting Komentar