Mengkaji Aliran Pendidikan Nilai dan Moral | Biasa Membaca -->

Mengkaji Aliran Pendidikan Nilai dan Moral

Untuk mengkaji aliran pendidikan nilai dan moral untuk mengkaji aliran pendidikan nilai, perlu ditelusuri pijakan filosofisnya terlebih dahulu, terutama yang berhubungan dengan berbagai aliran filsafat pendidikan, sementara pembahasan filsafat pendidikan memiliki aneka ragam skema. Misalnya saja J. Donald Butler dalam bukunya Four Philosophies and Their Practice in Education yang menerima aliran-aliran filsafat klasik yakni idealisme, realisme, eksistensialisme dan pragmatisme yang dirumuskan dan diimplikasikan untuk pengorganisasian dan pelaksanaan pendidikan.
Mengkaji Aliran Pendidikan Nilai dan Moral
Akar pijakan filsafat Pendidikan Nilai hampir bisa dikatakan tidak mungkin untuk ditelusuri, karena banyaknya filosuf yang memberikan kontribusi terhadap Pendidikan Nilai tersebut. Meskipun istilah Pendidikan Nilai sendiri “baru populer pertengahan abad 20” (Hakam, 2000: 53) dan sampai akhir tahun 60-an abad 20 ini belum muncul usaha serius dalam bidang kurikulum pendidikan nilai.

Banyak tokoh yang memberikan sumbangan terhadap pendidikan nilai, termasuk di dalamnya adalah: Thomas Hobbes yang dianggap sebagai tokoh Kontrak Sosial, lalu Jean Jaques Rousseau sebagai tokoh Naturalisme, Immanuel Kant sebagai tokoh rasionalisme dan Emile Durkheim sebagai tokoh Sosial Contect, serta Lawrence Kohlberg sebagai tokoh Cognitive moral development (Baca Kama A. Hakam, 2000, h. 54 – 64). Namun untuk mengaplikasikan aliran filsafat serta filsafat pendidikan terhadap pendidikan nilai, diperlukan adanya pemahaman terhadap sudut pandang sekolah dalam menerima tanggung jawab pembinaan nilai.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan nilai dalam pandangan aliran filsafat adalah perlu difahami sistem-sistem nilai apa dalam kehidupan manusia yang dijadikan landasan pengamatan beberapa istilah sebagai bagian sistem nilai dalam kehidupan manusia adalah :

Filsafat
Awal peradaban sesungguhnya dirintis oleh pemikiran filsafat, karenanya filsafat disebut landasan dan induk ilmu pengetahuan, supaya pemahaman kita lebih terarah untuk istilah filsafat ini dijelaskan berturut-turut:

Baca Juga : Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

A. Batasan dan Makna Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas kata: Filos berarti sahabat atau cinta; dan sophia berarti ilmu atau kebijaksanaan. Jadi filsafat berarti cinta ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Ada pula yang mengartikan filsafat sebagai: (a) ilmu yang paling umum; (b) usaha mencari kebenaran dan kebijaksanaan. Setelah berkembang filsafat menjadi ajaran tentang sesuatu, atau pandangan hidup (filsafat hidup), filsafat negara, ideologi negara,. Filsafat dengan demikian menjadi sistem nilai (tata nilai) disamping sistem nilai lain seperti agama. Kita menyaksikan, filsafat Materialisme-Komunisme secara utuh menjadi sistem nilai bagi penganutnya; bahkan tanpa agama (karena ajarannya tidak mengetahui adanya tuhan atau faham atheisme)

Setiap bangsa sesungguhnya, bagaimanapun sederhananya, selalu mengagungkan dirinya, alamnya, antar hubungannya dalam alam dan sesamanya, pada hakikatnya mereka sudah berfilsafat. Jadi, tidak ada bangsa, bagaimanapun kondisinya, tanpa mempunyai sistem filsafatnya sendiri.

Karena itu wajarlah kita percaya, bangsa Indonesia mewarisi sistem filsafat Pancasila sebagai tata nilai mendasar awal peradabannya.

B. Tujuan Dan Fungsi Filsafat

Kodrat manusia ialah ingin tetap hidup terus, ingin melestarikan diri arau keberadaannya.Hasrat melestarikan diri dan hidupnya ini merupakan naluri yang terpenting.Manusia juga mempunyai naluri ingin tahu segala hal; naluri ini menjadi kunci perkembangan ilmu pengetahuan.Daya upaya ini bertujuan dan berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, demi kelestarian manusia.

Kedua naluri itu, hasrat ingin tetap hidup dan hasrat ingin tahu, menghasilkan kebudayaan (antara lain filsafat, ilmu pengetahuan dan sebagainya). Secara khusus, tujuan filsafat ialah untuk memahami hakikat keyakinan yang menjadi pedoman kehidupan. Bila manusia yakin akan hakikat segala sesuatu (kebenaran) maka ia akan menjadikannya sebgai pandangan hidup.

Manusia berfilsafat demi kebenaran dan kebijaksanaan; sebagai jalan yang tepat guna menyelamatkan diri dalam proses melestarikan hidup. Jalan yang tepat inilah pandangan hidup yang menjadi tata-nilai dan norma kehidupan. Bila bangsa itu hidup bernegara, maka filsafat hidup ini dijadikannya filsafat negara atau ideoogi negara. Dengan filsafat negara inilah mereka mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Macam dan Wujud Filsafat

Tiap bangsa, bahkan tiap pemikir filsafat (filosof) mempunyai kesimpulan sendiri tentang hakikat yang diselidiki nya. Karenanya ajaran filsafat itu dapat berbeda. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan alam, zaman dan kondisinya, maupun subyektivitas dan potensi pribadi manusia yang berfilsafat.

Perbedaan-perbedaan obyektif kondisi alam lingkungan hidup seperti benua Asia, Eropa, Amerika dan bagian-bagiannya, pasti mempunyai pengaruh dalam tata kehidupannya, tata pemikirannya. Karena itulah watak filsafat Barat dan filsafat Timur tentu berbeda; artinya mempunyai kepribadian atau identitas sendiri. Perbedaan-perbedaan itu dapat melahirkan filsafat yang berbeda, yang berwujud aliran-aliran yang sepanjang sejarah berkembang terus-menerus.

Secara garis besar dibedakan aliran-aliran filsafat :

a) Materialisme = faham serba benda

Mereka yakin hakikat alam semesta ialah materi/benda yang nyata, yang terikat pada hukum alam sebab-akibat. Manusia adalah bagian alam dan tunduk pada hukum-alam. Karena hakikat semesta alam ialah benda, maka tidak ada sesuatu dibaliknya; tegasnya tak ada rohani, alam-metafisika; bahkan Tuhan juga tidak ada. Hakikat alam dan manusia, ialah sebagai kenyataan adanya, seperti yang kita amati. Hubungan antar-benda atau antar-manusia dan alam tetap lestari, manusia wajar menyesuaikan diri atas hukum sebab-akibat itu; manusai tidak mungkin keluar dari hukum alam.

b) Spiritualisme atau Idealisme

Faham ini mengakui hakikat manusia, ialah jiwa dan kesadarannya, terutama hidup dan fikirannya. Kenyataan berbeda antara manusia hidup yang sadar dan berfikir dengan manusia yang mati dan tak berfikir. Jiwa, spirit, pikiran (ide) amat menentukan. Demikian pula alam semesta. Pasti dibalik kesemestaan ini ada satu kekuatan supra-alamiah, yakni yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa (=Tuhan).

Hukum-alam makro-kosmos prinsip polanya sama dengan hukum-alam mikro-kosmos yakni diri manusia. Demi kehidupan dan hidup yang kekal, manusia wajib mengakui dan menyesuaikan diri dengan hukum spiritual yang metafisika itu (=fisika ialah alam kenyataan; meta ialah dibalik/di belakang fisika atau jasmani atau alam).

Baca Juga : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Untuk SMA/SMK/MA/MAK

Kedua aliran diatas mendasarkan diri pada satu asas hakiki yakni materi/benda pada aliran Materialisme. Juga aliran Spiritualisme/ Idealisme berasas satu yakni spirit atau ide. Karenanya kedua aliran ini disebut faham monisme, berasas satu (=mono).

c) Realisme

Realisme, berarti sesuai kenyataan. Kenyataan hidup manusia berbeda dengan orang mati. Pasti perbedaan mempunyai dasar dan rahasia karena itu realitas manusia ialah sintesa atau kesatuan jasmani dan rohani: yakni paduan materi (benda, jasmaniah) dengan jiwa, spirit, non benda (rokhani). Kedua asas jasmani-rohani hidup dalam alam lingkungan. Manusia terikat pada hukum alam (obyektif) disamping tunduk pula pada hukum rohani yang subyektif, yakni perasaan, pikiran, kehendak dan budi nuraninya. Sintesa atau kesatuan kedua potensi manusia jasmaniah dan rohaniah inilah wujud kepribadian manusia. Harmoni dan kesejahteraan manusia adalah keseimbangan kedua potensi itu. Keselarasan manusia dan alam, ialah adanya keseimbangan dirinya dengan orang lain, sesama kelompok sosial, dengan alam sekitar dan dengan hukum yang ada (hukum alam, hukum masyarakat, hukum Negara, hukum moral, dan sebagainya). Keselarasan yang bersumber atas asas imbangan itu perwujudan sintesa antara potensi jasmani-rohani, individu, sosial, planet bumi dengan semua planet dalam alam semesta; bahkan benda dengan spirit, dunia-akhirat. Aliran realisme ini mendasarkan diri pada dua asas dasar jasmani-rohani, fisika dan metafisika; dunia-akhirat, karenanya disebut faham dualisme atau mono dualis (dua asas yang terpadu).

Mengingat luasnya jangkauan filsafat, dapat juga dijelaskan bidang dan wujudnya dari beberapa segi:
Dari bidang-bidang filsafat meliputi:

Kosmologi
Filsafat alamiah Psikologi Alam Semesta
· Filsafat Spekulatif
Metafisika Kritik Pengenalan Nilai Akal
Ontologi Eksistensi
Theodise Tuhan

Logika Forma Aturan Cara Pemikiran
· Logika
Logika Materiil Metode Khusus

Filsafat Seni Esteti Keindahan
· Filsafat Praktis

Moral Etika Tingkah Laku Manusia

D. Macam atau Jenis Filsafat

Filsafat berkembang, bercabang-cabang seperti filsafat ilmu pengetahuan, filsafat manusia, filsafat pendidikan, filsafat politik, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat agama, dan sebagainya.
Sistematika dan perkembangan filsafat makin meluas, sejalan dengan pertumbuhannya dalam budaya yang berkembang.
Perlu makin dipahami, identitas atau watak filsafat Timur dibandingkan dengan Filsafat Barat, antara Lain Sebagai Berikut:

Memahami identitas diatas nampak adanya perbedaan pendekatan dan metode berfikir; ini mencerminkan perbedaan penghayatan nilai dan norma; yang pada gilirannya melahirkan perbedaan tindakan, amal perbuatan dan karya antara manusia Timur dan Barat. Kepribadiannya menampilan perbedaan budaya Timur dan Barat.

selanjutnya : Duabelas Pilar Utama Negara Hukum

Mengkaji Aliran Pendidikan Nilai dan Moral Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

0 komentar:

Posting Komentar

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com