3 Nilai Utama Sumber Moral Dalam Kehidupan Manusia | Biasa Membaca -->

3 Nilai Utama Sumber Moral Dalam Kehidupan Manusia

Sumber Sumber Moral

Tidak ada kehidupan manusia tanpa tata nilai, norma dan moral karena manusia dalam bertingkah laku dimasyarakat senantiasa berjalan diatas landasan tata nilai, norma dan moral tertentu menurut pilihan bersama (masyarakat, suku bangsa dan negara) dimana masyarakat bersangkutan berada. Martabat manusia secara pribadi maupun sosial akan tetap terjunjung karena tata nilai, moral dan norma tersebut yang disadarnya dan dilaksanakannya.
3 Nilai Utama Sumber Moral Dalam Kehidupan Manusia

Nilai sebagai keyakinan hidup pribadi, norma sebagai pengendalian diri dan budi nurani adalah sebagai subjek pengendalian secara terus menerus secara kodrati akan berlangsung memberikan sanksi misalnya apabila kita melaksanakan nilai dan norma yang kita yakini sebagaimana mestinya maka hati nurani akan merasa bahagia dan tentram, sebaiknya apabila kita melanggar nilai-nilai norma yang kita yakini maka hati nurani kita akan merasa resah, gelisah, menyesal, tertekan dan merasa berdosa. Hati yang bahagia, tentram adalah mencerminkan pribadi yang sehat rohaninya, sebaliknya hati yang resah, gelisah, menyesal mencerminkan konflik psikis (kejiwaan) atau gangguan kesehatan mental. Konflik kejiwaan ini terjadi karena adanya perbedaan antara kesadaran normatif (kesadaran akan keharusan) dengan kenyataan tindakan (yang dilakukan) adapun perbedaan ini disebabkan adanya dorongan aspek kejiwaan manusia antara hasrat luhur untuk selalu menjunjung martabat kemanusiaannya (fitrah/potensi baik nurani manusia) dengan keinginan (hasrat-hasrat) yang bersifat lahiriah, biologis dan egoistis (fitrah/potensi nafsu nurani manusia).


Proses kejiwaan (mental) tersebut senantiasa berlangsung dalam segala aktivitas manusia. Integritas seseorang, komitmen tingkah lakunya pada prinsip menjunjung harkat martabatnya terhadap kesetiaan kepada Tuhan , ketaatan pada nilai dan norma yang baik, luhur dan tinggi yang menunjukkan watak kepribadiaan (citra pribadinya) itulah yang disebut moral (manusia yang bermoral). Interaksi antar manusia dengan sesamanya dan lingkungannya dalam wujud kebersamaan dengan segala identitas antar pribadi mereka tersebut “diikat” dalam tata nilai yang menjadi sumber moralnya.

Ada 3 tata nilai utama yang dijadikan sumber moral dalam kehidupan manusia yaitu :

1. Nilai Agama

Nilai agama dalam arti khusus adalah nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, diturunkan sebagai wahyu melalui para nabi / rasul.Hal ini berdasarkan pengertian bahwa hakikat agama bukanlah kebudayaan, sebab agama bukanlah ciptaan manusia, melainkan wahyu Tuhan.Karena itu sifat nilai agama adalah mutlak, dalam artian kebenaran agama bersifat imani dan mutlak.Hal ini berbeda dengan sifat nilai ilmu pengetahuan yang rasional dan nisbi.

Berdasarkan pokok pikiran diatas, maka ketaqwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan perwujudan nilai agama dan menjadi sumber pengamalan nilai-nilai agama yang lain. Seseorang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu berupaya melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi atau meninggalkan larangan-Nya. Seseorang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka perilakunya tercermin pada penampilan semua aspek nilai. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan bahwa butir-butir (nilai-nilai) didalam Pancasila yang berjumlah 36 itu pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai agama., Sebagai contoh misalnya :

1) Sikap tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain (butir 4 sila I). Hal ini sesuai dengan firman Tuhan yang menyatakan bahwa “ Tidak ada paksaan untuk memeluk / memasuki agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat”.

2) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan tidak semena mena terhadap orang lain (butir 2, 3, 4, sila II). Hal ini sesuai dengan perintah Tuhan untuk jangan sekali-kali membenci kepada sesama (sesuatu kaum) sehingga mendorong untuk berlaku tidak adil (tidak semena-mena). Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa.

3) Mengembangkan rasa cinta tanah air dan Bangsa (butir 3 sila III). Tuhan pun mengajarkan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan menjadikannnya berbangsa-bangsa supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Tuhan ialah orang yang paling bertaqwa. Disamping itu cinta Tanah air adalah sebagian dari iman Demikian-lah sekedar beberapa contoh

Kesimpulan

· Nilai agama adalah nilai yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai wahyu Tuhan.
· Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan perwujudan nilai agama dan menjadi sumber dari pengamalan nilai-nilai- agama lain.

2. Nilai Filsafat

Perenungan dan pemikiran manusia untuk menjawab rahasia dan hakikat sesuatu, melahirkan nilai filsafat. Nilai filsafat ini di yakini kebenarannya, karena belum atau tidak adanya jawaban dan kesimpulan lain. Manusia makin sadar akan kedudukan dirinya didalam masyarakat, Negara, budaya, alam, dan di hadapan Tuhan. Manusia memiliki wawasan dari dalam kesemestaannya. Manusia sadar akan kedudukan, hak dan kewajibannya dalam rangka kebersamaan dengan sesama (masyarakat, Negara, dunia), dengan alam dan sumber daya alam; dan dengan kehidupan dibalik dunia ini dihadapan Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Tumbuhnya nilai filsafat adalah perwujudan kebutuhan rohani manusia yang selalu mendesak terjawabnya rahasia dan hakikat sesuatu. Jawaban ini demi ketenangan batin yang berpengaruh bagi kelesatarian hidupnya. Nilai-nilai filsafat berkembang sepanjang sejarah budaya manusia; karena perenungan ini berasal dari potensi daya cipta dan daya pikir manusia.

Nilai Filsafat sebagai perwujudan akal-budi mencakup segala sesuatu dalam alam dan fikiran manusia.Filsafat merupakan perwujudan martabat luhur manusia. Manusia dapat menghayati antar hubungan dengan dirinya, alam dan budaya.; bahkan dengan bermacam bentuk dan jenis nilai dalam kenyataan dan kesadarannya. Hubungan nilai demikian dibedakan oleh filsafat sebagai :

1) Hubungan mendasar: tata hubungan dimana kenyataan yang satu menjadi dasar untuk kenyataan yang lain, misalnya :ruangan berdasarkan bilangan, ada ukurannyagerak berdasarkan ruangan (dari sini, ke sana), psikis berdasarkan biotis

2) Hubungan transendensi: tata hubungan dimana pihak yang lebih tinggi melebihi pihak yang lebih rendah, misalnya : agama melebihi perbuatan baik, ethis melebihi perbuatan social, hukum melebihi perbuatan disiplin dan sebagainya

Manusia dalam wawasan filsafat adalah subjek dalam kerangka antarhubungan dengan sesama dan dengan alam; dengan budaya dan sebagai tatanan kemasyarakatan, dan dengan Tuhan serta alam sesudah dunia ini (alam metafisika).

Filsafat sebagai wujud hikmat kebijaksanaan manusia, kemudian dilengkapi dan di tingkatkan ketinggiannya dengan nilai agama. Kesimpulan : Filsafat adalah upaya manusia menjangkau hakikat semesta dan Tuhannya; upaya sendiri manusia mengerti hidup dan menjalani kehidupan.

Agama merupakan berkat- rahmat Tuhan dalam pengayoman-Nya kepada umat manusia dan semesta sebagai perwujudan kasih Tuhan atas ciptaan-Nya.Agama seakan uluran tangan Tuhan dalam membimbing jalan hidup manusia.

3. Nilai Budaya

Nilai dalam dimensi sosial budaya bertolak dari ‘pengandaian” bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki memiliki sifat sosial, maka sebagai individu manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Manusia dengan individualitanya menurut Franz Magnis Suseno (2000:15) adalah makhluk bebas yang harus menentukan sendiri apa yang dilakukannya dan apa yang tidak dilakukannya, mau tidak mau ia harus mengambil sikap terhadap alam dan masyarakat di sekelilingnya, ia dapat menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang lain, tetapi juga dapat bertindak melawan mereka. Manusia hanya memiliki eksistensi karena ada orang lain dan hanya dapat hidup dan berkembang karena ada orang lain. Dengan demikian maka nilai dari setiap individu ada karena adanya orang lain yang menilai kita.

Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita menjadi bisa dengan nilai-nilai yang tidak jelas asal mulanya, apakah nilai-nilai yang kita gunakan hasil dari budaya kita atau merupakan hasil yang diadopsi dari budaya luar, setiap nilai atau norma yang dihasilkan dari komunitas tertentu belum tentu sesuai pada komunitas lain, ada perbuatan yang dianggap baik oleh suatu masyarakat, tapi dinilai buruk oleh masyarakat lainnya. Kondisi inilah yang memperkuat aliran relativisme, dan orang-orang menyebutnya Relativisme dalam kebudayaan.

Menurut Muh said (1980:99) norma-norma yang mutlak tidak ada, semua norma bersifat nisbi, relatif dalam waktu dan tempat. Dengan adanya interaksi antara manusia yang satu dengan lainnya, dengan beragam keinginan, adat istiadat, kebisaaan, maka lahirlah nilai-nilai insaniah yang beragam pula. Sehingga pada akhirnya nilai yang bersumber pada budaya ini sangat bersifat subjektif dan hanya berlaku pada komunitas tertentu.

Erich Fromm (1999:86) mengatakan bahwa relativisme murni mengklaim bahwa semua nilai adalah masalah selera pribadi dan tidak ada yang melebihi selera itu. Dasar Filsafat Sartre tidak berbeda darai relativisme ini karena manusia bebas memilih proyek apapun, sejauh nilai itu adalah otentik. Erich lebih jauh mendeskripsikan bahwa disamping relativisme ada konsep lain, yang diyakini oleh manusia yakni konsep nilai-nilai pengabdian secara sosial. Para penganut konsep ini memulai dengan suatu pernyataan bahwa kelangsungan hidup suatu masyarakat dengan bermacam kontradiksinya menjadi tujuan utamanya dan dengan demikian norma-norma sosial yang kondusif bagi kelangsungan hidup masyarakat merupakan nilai-nilai yang tertinggi dan mengikat individu.

Kehidupan manusia berbeda dengan kehidupan makhluk Tuhan lainnya, karena kehidupan manusia tumbuh dan berkembang dari kebudayaan. Kebudayaan hanyalah dikenal dalam kehidupan manusia.

Menurut wujudnya kebudayaan terdiri atas:
1) Sistem nilai, yaitu yang berupa gagasan, cita-cita, pandangan hidup, dan nilai kehidupan.
2) Sistem masyarakat, yaitu sekumpulan aturan-aturan, adat istiadat, norma hukum, kaidah, yang mengatur kehidupan manusia.
3) Hasil karya, yaitu hasil karya yang berupa benda sebagai buatan manusia, yaitu memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah.

Menurut isinya kebudayaan itu meliputi
1) Bahasa
2) Religi
3) Sistem kekerabatan
4) Sistem ekonomi
5) Sistem teknologi
6) Kesenian
7) Ilmu pengetahuan

Ketujuh isi kebudayaan itu bersifat universal, artinya terdapat dalam masyarkat manapun dan dikenal dalam kebudayaan bangsa manapun.Oleh sebab itu tujuh unsur kebudayaan umum dikenal dengan istilah “universal traits of culture”.Setiap unsur budaya didalamnya terdapat sistem nilai, sistem sosial dan karya budaya.

Nilai budaya adalah nilai yang abstrak yang berupa paduan dari budaya sebagai sistem nilai, sistem sosial, dan karya manusia. Hubungan ketiganya adalah hubungan sibernetik, sehingga wujud kebudayaan itu menjadi keseluruhan dari ketiganya.Nilai budaya tampak dalam wujud tujuh unsur budaya yang universal itu. Dalam kehidupan manusia, nilai-nilai budaya tersebut selain menjadi sumber tata kelakuaan atau tata-kehidupannya, juga berperan sebagai pedoman, pandangan, kebenaran atas nilai-nilai yang dikembangkan dalam kehidupan manusia.
Kehidupan manusia dapat dibedakan menurut tujuannya, yaitu melakukan sesuatu atas dasar bahwa manusia itu sekedar menjalankan suratan takdir. Manusia tidak dapat menolaknya kecuali berusaha mengubahnya menurut kodrat. Sebaliknya manusia sadar akan keberadaannya ditengah alam ciptaan Tuhan, berusaha untuk menguasainya dan membudayakannya.

Tujuan hidup manusia adalah mengabdi dan berbakti.Manusia melalui pengalamannya berusaha untuk mandiri dan kreatif sebagai wujud kesadaran atas kemampuan akal dan budinya untuk membudayakan lingkungan hidupnya.

Nilai budaya selalu berkembang, dan bersifat nisbi.Kebenaran nilai budaya dipengaruhi oleh penyikapan manusia dan tantangan yang di hadapinya.Sebab itu nilai budaya selalu berada dalam bingkai hubungan waktu dan tempat.Nilai budaya lahir dan berkembang dalam konteks masyarakat pendukungnya. Sebab itu keberadaan nilai budaya itu berkembang bukan menurut hukum alam, tetapi menurut apa adanya pelesatarian dari pendukunganya.

Kehidupan sebagai wujud keseluruhan kegiatan sosial budaya berarti bahwa ada hubungan antara masyarakat dan nilai-nilai budaya.Hubungan itu bersifat saling bergantung sesamanya (kovariable).Hubungan itu berarti faktor sosial budaya mengalami perubahan, masyarakat pun ikut berubah.Nilai-nilai sosial budaya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, oleh karena itu kelangsungan sosial budaya ditentukan pula oleh keadaan yang hidup dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah merupakan antarahubungan orang–orang yang terikat tata-nilai yang tercipta dalam kebudayaan masyarakat. Nilai-nilai yang dianutoleh masyarakat dipelihara, dikembangkan sebagai milik budaya masyarakat.Oleh sebab itu terdapat kecenderungan bahwa nilai-nilai sosial budaya dipertahankan adanya demi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri.

Baca Juga : Konsep Nilai Moral Dalam PKN SMA

Kehidupan meliputi aspek yang luas, berupa nilai nilai kemasyarakatan dan budaya. Nilai-nilai antara lain nilai keTuhanan, yang mengatur hubungan anatar manusia, dan pribadi dengan masyarakat. Kedua nilai itu hidup dan berakar dalam jaringan sosial budaya sepanjang sejarah. Keanekaragaman suku bangsa, adat-istiadat, kesenian, agama, sistem kehidupan setempat, adalah unsur-unsur sosial budaya yang hidup dan berkembang dalam proses sejarah pertumbuhan serta pembentukan bangsa Indonesia. Kemajemukan ini bukan hanya nampak sebagai kondisi objektif, melainkan sebuah konfigurasi kebudayaan yang diidealkan dalam sesanti Bhineka Tunggal Ika.Dalam rangka pembentukan bangsa, unsur–unsur sosial budaya yang bersifat integratif harus dikembangkan. Pengalaman sejarah bangsa telah membentuk watak bangsa untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang dikembangkan atas dasar persamaan drajat dan rasa keadilan. Penindasan, penjajahan pada hakikatnya bertentangan dengan rasa kemanusiaan.Nilai kemanusiaan yang bersumber dari dari kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan, tidak dapat membenarkan penindasan dalam bentuk apapun.

Pengakuan atas dasar kemerdekaan bagi semua bangsa, berakar dari kesadaran akan adanya asas persamaan serta sikap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat bangsa seperti: nilai persatuan, persamaan, kebebasan, gotong royong, rela berkorban, cinta bangsa dan tanah air adalah terbentuk dalam proses sejarah. Proses sejarah nasib yang sama membentuk kesadaran kebangsaan (nasionalisme), kesatuan dan persatuan. Nilai-nilai ini adalah hakikat kekeluargaan dan keberamaan.Kekeluargaan dan kebersamaan inipula yang membentuk kebudayaan; yakni demi kehidupan dan kesejahtraan bersama.Bukankah budaya ini sarana dan kelengkapan hidup lahir dan bathin manusia?

Karena itu, nilai kehidupan dihubungkan dengan perkembangan iptek yang amat pesat, benar-benar telah mengubah tatanan hidup yang serba mudah dan nyaman. Namun dibalik perubahan tatanan hidup yang serba mudah dan nyaman. Namun dibalik perubahan tatanan kehidupan yang bersifat materil itu sering melahirkan konflik nilai yang berkepanjangan. Konflik nilai terjadi terjadi dalam beragam jenis dan kompleksitasnya. Konflik nilai terjadi sebagai akibat adanya perubahan perilaku manusia yang terkadang bertolak belakang dengan nilai-nilai kehidupan yang semestinya menjadi rujukan kebajikan manusia. Tidak sedikit manusia menapaki kehidupannya dengan berusaha mengejar kesenangan materi dan kepuasan lahiriah. Dalam kondisi itu maka nilai bergerak mengikuti riak perubahan. Terkadang peruabahan kehidupan.dan pergeseran nilai itu terjadi jauh melampaui dugaan normal manusia, sehingga akhirnya, menyeret manusia pada situasi, yang dalam istilah David peat yang diungkapkan oleh Rohmat Mulyana (2004) dalam bukunya Mengartikulasikan pendidikan nilai (2004) sebagai Chaos and complexity. Dalam situasi seperti itu manusia dihadapkan pada persoalan rumit yang menuntut dirinya untuk segera menentukan identitas dirinya dan menetapkan posisinya sebagai manusia yang berbudaya dan berkesadaran agama.

1 komentar:

  1. agama memang sangat erat kaitannya dengan moral. saya stuju kalo agama merupakan sumber moral yang paling utama. makasi share nya kak .. keren

    BalasHapus