Konteks Perang Dingin dan Kepentingan Amerika di Asia Tenggara | Biasa Membaca -->

Konteks Perang Dingin dan Kepentingan Amerika di Asia Tenggara

Hubungan diplomasi antara Indonesia dan Amerika sebelum berakhirnya Perang Dunia II belumlah istimewa. Seperti yang telah diketahui, kontak pertama yang secara berkesinambungan Bangsa Indonesia dengan bangsa Barat bukanlah dengan Amerika, tetapi dengan Belanda. Bangsa Belanda yang datang pada awal abad ke-17 kemudian hadir menjadi penguasa atas kolonialisme Indonesia sampai pada awal abad ke-20. Tiga setengah abad (350 tahun) kolonialisme Belanda telah berlangsung di Indonesia.

Konteks Perang Dingin dan Kepentingan Amerika di Asia Tenggara

Berbagai peristiwa semangat patriotik dan perlawanan heroik Bangsa Indonesia dalam melawan imperialisme dan kolonialisme banyak mewarnai lembaran sejarah Indonesia. Namun demikian kontestasi politik dunia berubah menjelang berakhirnya Perang Dunia II. Amerika berada pada posisi yang menentukan boleh tidaknya Belanda menancapkan kembali kolonialisme dan imperialisme atas Indonesia. Belanda menyadari untuk kembali menjajah Indonesia bukan persoalan mudah. Kondisi Indonesia yang telah merdeka dan adanya pengakuan sebagian masyarakat internasional atas kemerdekaan Indonesia menjadi hambatan bagi Belanda. Karena itu memperoleh persetujuan dan dukungan Amerika Serikat dalam upaya rekolonialisasi atas Indonesia adalah hal penting yang dilakukan Pemerintah Belanda.
Perlu diketahui, pasca Perang Dunia II peran dan posisi Amerika di dunia internasional menjadi sentral dalam memainkan langkah strategis kekuatan Blok Sekutu di Eropa dan Pasifik. Bangsa Indonesia berharap kepemimpinan Amerika (Blok Barat) pemegang kendali pasukan Sekutu bisa bertindak netral dan bersimpati atas perjuangan Bangsa Indonesia. Harapannya misi Amerika dan tentara Sekutu tiba di Indonesia tidak hanya melucuti tentara Jepang dan mengembalikan ke negaranya, tetapi lebih dari itu ikut menghalangi rencana Belanda dalam upaya rekolonialisasi atas Indonesia.

Tetapi harapan besar Indonesia pada Amerika tidak sesuai dengan kenyataannya. Pada awalnya, sikap Amerika pada masa pemerintahan Presiden Truman (1945-1953) relatif bersikap netral dan kurang peduli atas perjuangan Bangsa Indonesia. Amerika sendiri merasa belum punya ancaman atas keamanan nasionalnya. Akan tetapi dampak Peran Dingin dan perubahan politik di Asia Tenggara yang drastis, menjadikan sikap politik Amerika di Asia Tenggara tidak netral lagi. Amerika mulai sadar atas kepentingannya di Asia Tenggara dan nilai strategis Indonesia setelah melihat kekuatan komunis bangkit. Selain itu dalam pandangan Amerika, upaya rekolonialisasi Belanda atas Indonesia akan membuka pintu kembali Bangsa Barat yang lain untuk memaksimalkan ekspansi kapitalisme. Potensi kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah diharapkan menjadi modal kapital bangsa Barat dalam usaha rekapitalisasi industri.

Bila rencana ini berhasil dengan sendirinya mengurangi beban Amerika dalam membantu Eropa Barat di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca perang melalui Rencana Marshal (Marshal Plan). Dengan dasar itu, perkembangan komunisme di Asia Tenggara khususnya di Indonesia harus dilenyapkan. Itulah alasan penting mengapa Amerika setuju dan mendukung usaha Belanda melakukan rekolonialisasi atas Indonesia.

Sejalan dengan konteks kepentingan utama di atas, secara tegas dan terangterangan Amerika akan melawan penyebarluasan komunisme di manapun juga, tidak terkecuali Indonesia. Pernyataan tersebut dinyatakan setelah mendengar laporan intelijen Pemerintah Belanda bahwa para pemimpin nasionalis Indonesia adalah komunis dan lebih condong ke ideologi kiri. Menindaklanjuti laporan intelijen ini, pemerintahan Amerika melihat bahwa kemungkinan Indonesia bisa jatuh menjadi negara komunis. Kalau hal ini benar-benar terjadi Amerika akan kehilangan kesempatan memenangkan perang ideologi di Asia Tenggara. Dengan bercermin pengalaman pahit atas jatuhnya Cina kepada rezim komunis di bawah Mao Zedong tahun 1949, Amerika mendapatkan pelajaran yang mahal dalam menentukan strategi kebijakan politik baru bagi Indonesia dan umumnya di kawasan Asia Tenggara.

Oleh karena itu, wajar jika sikap netralitas Amerika berubah dan beralih mendukung rencana Belanda menguasai kembali bekas tanah jajahannya. Hal ini dilakukannya semata-mata untuk mencegah terjadinya hubungan yang lebih erat antara Indonesia dengan musuh-musuhnya, yakni Uni Sovyet dan Cina. Selain itu Belanda adalah sekutu yang ramah bagi Amerika sekaligus mitra dalam pakta pertahanan NATO.

Selanjutnya : Amerika Terhadap Indonesia Pada Masa Perang Dingin 1945-1958

Konteks Perang Dingin dan Kepentingan Amerika di Asia Tenggara Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

1 komentar:

  1. Tapi Amerika lagi mikir mas sama Korea Utara..hahhaa..kayanya agak takut juga amerika sebab sama-sama punya senjata andalan.

    BalasHapus

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com