Sikap yang dimiliki
oleh setiap individu mengandung sejumlah ciri. Di antaranya ialah adanya
sasaran atau obyek tertentu yang memungkinkan terciptanya suatu bentuk
hubungan antara subyek-obyek yang sifatnya relatif tetap dan relatif
berubah, dan secara konseptual terdiri dari sejumlah unsur-unsur utama
yang meliputi afektif, kognitif dan konatif.
Menurut Warren Robert (Margono Slamet, 1973, 13), perubahan sikap itu di antaranya melalui kegiatan yang :
Pentingnya memahami sikap orang lain menentukan terjadinya perubahan pada diri seseorang, karena perubahan merupakan suatu proses belajar dalam diri seseorang untuk menerima hal baru baginya. Sikap akan sangat berguna bagi seseorang, karena sikap itu akan mengarahkan secara langsung perilaku yang dihasilkan. Dalam hal ini Margono Slamet, (1973, 26), menyebutkan bahwa sikap seseorang akan memberikan tanggapannya terhadap apa yang ia lihat, atau yang ia ketahui. Dengan demikian manakala sikap seseorang itu positif maka perilaku orang itu terhadap respon yang diberikan akan positif. Demikian sebaliknya jika sikap seseorang itu negatif maka perilaku yang akan ditunjukkan terhadap respon yang diberikan akan negatif. Jadi sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat diperkirakan dari perilaku yang tampak pada dirinya.
Dalam proses perubahannya, secara langsung maupun tidak langsung mewarnai perilaku individu itu sendiri.
Menurut Warren Robert (Margono Slamet, 1973, 13), perubahan sikap itu di antaranya melalui kegiatan yang :
- Mempertinggi kualitas individu dan keputusan-keputusan keluarga dan memberikan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan itu.
- Meningkatkan kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan anggota masyarakat lain.
- Membantu individu agar memperoleh kemampuan dan memanfaatkan pelayanan masyarakat dan berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan terhadap masyarakat.
- Mempertinggi mobilitas individu, dalam bidang sosial, fisik dan ekonomi.
Pentingnya memahami sikap orang lain menentukan terjadinya perubahan pada diri seseorang, karena perubahan merupakan suatu proses belajar dalam diri seseorang untuk menerima hal baru baginya. Sikap akan sangat berguna bagi seseorang, karena sikap itu akan mengarahkan secara langsung perilaku yang dihasilkan. Dalam hal ini Margono Slamet, (1973, 26), menyebutkan bahwa sikap seseorang akan memberikan tanggapannya terhadap apa yang ia lihat, atau yang ia ketahui. Dengan demikian manakala sikap seseorang itu positif maka perilaku orang itu terhadap respon yang diberikan akan positif. Demikian sebaliknya jika sikap seseorang itu negatif maka perilaku yang akan ditunjukkan terhadap respon yang diberikan akan negatif. Jadi sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat diperkirakan dari perilaku yang tampak pada dirinya.
Dalam proses perubahannya, secara langsung maupun tidak langsung mewarnai perilaku individu itu sendiri.
Perilaku Konatif, Perilaku Volisional dan Perilaku Normatif
William F. O’neil (2002: 50) menjelaskan konsep perilaku merupakan kajian yang sangat sulit, karena ketiga istilah itu sering dikacaukan. Perilaku Konatif adalah perilaku yang secara tersirat memiliki tujuan, namun tidak secara sadar bertujuan semacam itu. Perilaku Volisional adalah perilaku konatif yang disadari, dimana individu benar-benar punya tujuan dibenaknya. Sedangkan Perilaku Normatif adalah perilaku yang diarahkan, secara tersirat ataupun secara gamblang, oleh gagasan-gagasan tertentu (konsep-konsep abstrak atau sudut pandang ) yang berkaitan dengan apa yang umumnya dianggap baik atau dikehendaki.(baca juga : Cara Untuk Menjadi Wirausaha Sukses)
Dalam arti tertentu, semua perilaku pada awalnya bersifat konatif. Sebagian perilaku konatif menjadi disadari (atau memuat niat yang jelas) dan menjadi vilisional. Sebagian perilaku volisional didasarkan pada pemikiran yang lebih tinggi yang melibatkan ungkapan-ungkapan abstrak tentang apa yang baik dan apa yang buruk, benar atau salah, dan menjadi normatif. Pada puncaknya perilaku pun memantulkan perpaduan dari ketiganya. Semua perilaku normative lahir dari volisional, dan yang volisional ini berkembang dari konatif.
Konsep Keyakinan dan Perilaku
Keyakinan-keyakinan individu dan perilakunya selaras sehingga taraf tertentu, kepemilikannya atas keyakinan-keyakinan itu dikuatkan atau dibenarkan dengan corak-corak perilaku yang sesuai . Dalam analisis akhir , bagaimanapun, perilaku mengesankan keyakinan; seseorang adalah apa yang dilakukannya, dan bukan apa yang katanya ia lakukan. Carl Rogers dalam William F. O’neil (2002: 52) menjelaskan ada tiga alasan mendasar mengapa pertanyaan di atas adalah benar:Keyakinan pada puncaknya adalah sebuah segi dari perilaku. Perilaku adalah sebuah kategori yang jauh lebih luas, yang meliputi keyakinan sebagai salah satu aspeknya. Hanya sebagian kecil saja dari perilaku yang diarahkan oleh kesadaran, lebih-lebih oleh gagasan-gagasan dan teori-teori yang jelas. Singkatnya, a) keyakinan merupakan bagian dari perilaku yang digunakan untuk menjelaskan dan mengarahkan corak-corak perilaku tambahan, b) Semua keyakinan merupakan keluaran dari perilaku. Keyakinan diproduksi oleh perilaku. Pada dasarnya, keyakinan-keyakinan kita mengambarkan makna yang terkandung dalam pengalaman yang kita miliki akibat perialku kita yang sebelumnya, c) Tujuan keyakinan adalah untuk mengarahkan perilaku.
Sikap dan Perilaku Kewirausahaan
Alex Inkeles dan Davd H.S. dalam Suryana (2003), menyatakan bahwa kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai dan tingkahlaku dalam kehidupan modern. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan, respek.Harsojo dalam Suryana (2003), berpendapat, modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan :
- sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan
- kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis
- berorientasi pada masa kini dan masa depan
- meyakini kemampuan sendiri
- meyakini iptek
- menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi
Dusselman (1989) dalam Suryana (2003) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki jiwa kewirasuahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
- Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide baru
- Keberanian untuk menghadapi resiko
- Kemampuan manajerial, yaitu usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manjemen
- Kepemimpinan, yaitu usaha memotivsi melaksanakan, dan mengarahkann tujuan usaha.
Menurut Katheleen LH & Peter A.T (1986) pola tingkahlaku kewirausahaan tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
- Kepribadian, dapat diamati dari segi kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, mermiliki dorongan dan kemauan kuat.
- Hubungan dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antar personel, kepemimpinan dan manajemen.
- Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga, iklan dan promosi
- Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan, perencanaan dan penjadwalan serta pengaturan pribadi
- Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang
Telah dikemukakan bahwa wirausaha adalah inonator dalam mengkombinasikan sumber-sumber bahan baru, tekonologi baru, metode produksi baru, akses pasar baru dan pangsa pasar baru. Oleh Ibnu Soedjono (1993) dalam Suryana (2003) perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan ”entrepeneurial action”, yang ciri-cirinya (1) Selalu mengamankan ivestasi terhadap risiko, (2) mandiri, (3) berjreasi menciptakan nilai tambah, (4) selalu mencari peluang, (5) berorientasi kemasa depan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian ,yaitu nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positif dan optimis, mandiri dan memimpin serta kemauan belajar dari pengalaman.
Sebelumnya : Mengenal Perkembangan Wirausaha
Selanjutnya : Cara Mengembangkan Sikap Wirausaha
0 komentar:
Posting Komentar