Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Taman Kanak-kanak | Biasa Membaca -->

Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Taman Kanak-kanak

Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Taman Kanak-kanak
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya.

Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.

Perilaku yang ditunjukkan anak dapat berbeda tergantung dengan siapa anak berhadapan. Johnson (1975 : 82) mengungkapkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dalam kelompok lain. Perilaku anak dalam kelompok juga berbeda dengan pada waktu anak sendirian.

Menurut Johnson, kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak. Perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu: persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola kepemimpinan yang berlaku. 
 
Dini P. Daeng S (1996: 114) mengungkapkan bahwa ada delapan faktor yang berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak, yaitu :
a) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
b) Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
c) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
d) Banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya.
e) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi “model” bagi anak.
f) Adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak.
g) Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
h) Adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978 : 228) untuk menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan. Kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasinya. Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah :

a) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat besosialisasi anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya dengan patokan yang dapat diterima.

b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Setiap kelompok sosial mempuyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta ada pula peran yang telah disetujui bersama bagi guru dan murid. Anak dituntut untuk mampu memainkan peran-peran sosial yang diterimanya.

c) Perkembangan sikap sosial.
Untuk bersosialisasi dengan baik anak-anak harus menyenangi orang dan kegiatan sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka bergaul.

Sebagian dari bentuk perilaku sosial yang berkembang pada masa kanak-kanak awal, merupakan perilaku yang terbentuk atas dasar landasan yang diletakkan pada masa bayi. Sebagian lainnya merupakan bentuk perilaku sosial baru yang mempunyai landasan baru. Banyak di antara landasan baru ini dibina oleh hubungan
sosial dengan teman sebaya di luar rumah dan hal-hal yang diamati anak dari tontonan televisi atau buku komik.

Pola perilaku dalam situasi sosial banyak yang nampak tidak sosial atau bahkan anti sosial, tetapi masing-masing tetap penting bagi proses sosialisasi. Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak menyesuaikan diri dengan orang lain.

Pola perilaku sosial menurut Elizabeth. B. Hurlock (1978 : 239) terbagi atas dua kelompok, yaitu pola perilaku sosial dan pola perilaku tidak sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, simpati, empati, mampu bergantung secara positif pada orang lain, bersikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, mampu meniru hal-hal positif, dan memiliki perilaku kelekatan (attachment behavior) yang baik. Sedangkan perilaku yang tidak sosial ditandai dengan negativisme, agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, sok berkuasa, egosentrisme, berprasangka dan antagonisme jenis kelamin.

Helms & Turner (1984 : 225) mengungkapkan bahwa pola perilaku sosial anak dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu : (1) anak dapat bekerjasama (cooperating) dengan teman, (2) anak mampu menghargai (altruism) teman, baik dalam hal menghargai milik, pendapat, hasil karya teman atau kondisi-kondisi yang ada pada teman, (3) anak mampu berbagi (sharing) kepada teman. Apakah anak mampu berbagi sesuatu yang dimilikinya kepada teman, mau mengalah pada teman dan sebagainya, dan (4) anak mampu membantu (helping others) orang lain. Hal ini tidak hanya ditunjukkan dalam hubungannya dengan teman sebaya tetapi juga dengan orang dewasa lainnya.

Pada semua tingkatan usia, orang dipengaruhi oleh kelompok sosial dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap, dan merupakan tempat mereka mengidentifikasi diri. Pengaruh ini paling kuat terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian masa remaja akhir. Menurut Elizabeth. B. Hurlock (1978, 231), keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling penting. Ketika anak-anak memasuki sekolah, guru mulai memasukkan pengaruh terhadap sosialisasi mereka, meskipun pengaruh teman sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh guru dan orang tua.

Hubungan antara anak dengan teman sebaya merupakan bagian dari interaksi sosial yang dilakukan anak dengan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakatnya. Bonner merumuskan interaksi sosial sebagai hubungan antara dua atau lebih individu di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Teman sebaya menurut Havighurst (1978 : 45) dipandang sebagai suatu “kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang berpikir dan bertindak bersama-sama”.

Pada usia sekolah, anak-anak mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia teman sebaya. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang aman yang dalam hal ini hubungan yang erat dengan ibu dan anggota keluarga lainnya ke kehidupan dunia baru. Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri di antara teman sebaya yang sedikit banyak akan berlomba dalam menarik perhatian guru.

Anak-anak perlu belajar memperoleh kepuasan yang lebih banyak dari kehidupan sosial bersama teman sebayanya. Melalui kehidupan sosial kelompok sebaya anak belajar memberi dan menerima., belajar berteman dan bekerja yang semuanya itu dapat mengembangkan kepribadian sosial anak.

Vygotsky (Berk, L.E., & Winsler, A., 1995) menekankan pentingnya konteks sosial dalam proses belajar anak. Pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Vygotsky juga menjelaskan bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temannya atau orang lain. Mengingat betapa pentingnya peran konteks sosial ini, Vygotsky menyarankan untuk memahami perkembangan anak, kita dituntut untuk memahami relasi-relasi sosial yang terjadi pada lingkungan tempat anak itu bergaul.

Proses pembelajaran dalam kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “kepribadian sosial” yang sesungguhnya. Anak-anak belajar cara-cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani, menjauhkan diri atau bersahabat. Ia belajar bagaimana memperlakukan teman-temannya, ia belajar apa yang disebut dengan
bermain jujur.

Pengalaman anak berinteraksi sosial dengan anak lain dan bahkan dengan orang dewasa tidak saja memfasilitasi keterampilan anak dalam berkomunikasi dan sosialnya, tetapi juga turut mengembangkan aspek-aspek perkembangan lainnya, seperti perkembangan kognisi, emosi dan moralnya. Pergaulan sosial ini merupakan pengalaman hidup yang kaya dan alami bagi anak sehingga dapat mendorong segenap aspek perkembangan anak secara lebih terintegrasi dan menyeluruh. Melalui interaksi sosial, anak dapat berlatih mengekspresikan emosinya dan menguji perilaku-perilaku moralnya secara tepat. Begitu pula pengenalan anak terhadap pola pikir orang lain dapat memperkaya pengalaman kognisinya.

Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama, dan di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok yang lain, dapat menerima jenis kelamin lain, dapat menerima keadaan fisik anak yang lain, mandiri atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan dapat menerima kelas sosial yang berbeda

Tidak setiap anak mampu memiliki keterampilan sosial seperti yang diharapkan, karena anak memiliki kemampuan dan pengaruh lingkungan yang berbeda-beda. Ada sebagian anak yang menunjukkan sikap ingin menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran bila sedang bermain bersama, selalu ingin diperhatikan atau memilih-milih teman. Permasalahan seperti ini merupakan permasalahan sosial yang harus diperbaiki, karena dapat mengakibatkan anak dikucilkan oleh teman-temannya, terbentuk sikap egois yang tinggi, atau muncul rasa rendah diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.

Itulah penjelasan tentang Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Taman Kanak-kanak semoga bermanfaat.

Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Taman Kanak-kanak Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

0 komentar:

Posting Komentar

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com