Secara
umum bangs adapt diartikan sebagai kumpulan dari masyarakat yang
membentuk negara. Dalam arti sosiologis, bangsa termasuk “kelompok
paguyuban” yang secara kodrati ditakdirkan untuk hidup bersama serta
senasib sepenanggungan di dalam suatu negara. Sebagai contoh, Negara
Republik Indonesia ditakdirkan terdiri atas berbagai suku bangsa. Dalam
ilmu tatanegara terdapat beberapa pengertian mengenai istilah bangsa.
Berikut ini dikemukakan pandangan beberapa pakar ternama seperti :
1) Ernest Renan (Perancis) : Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung (Le desire d’etreensemble).
2) Otto Bauer (Jerman) : Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya opersamaan nasib (Eine nation ist eine aus schiksals gemeinschaft erwachsene character gemeinschaft).
3) F. Ratzel (Jerman) : Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
4) Hans Kohn (Jerman) : Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan politik, perasaan dan agama.
Dari pandangan-pandangan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah rakyat yang telah memiliki kesatuan tekad guna membangun masa depan bersama dengan cara mendirikan negara untuk mengurus terwujudnya keinginan dan kepentingan bersama.
Bagi Indonesia, berikut ini akan dapat dilihat latar belakang histories pertumbuhan bangsa Indonesia yang dimulai dari waktu, budaya serta nilai-nilai yang tumbuh.
Merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa proses terjadinya bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari adanya persamaan nasib sebagai bangsa yang tertindas dan terjajah di bawah kekuasaan colonial Belanda dan Jepang, dimana kesadaran akan nasib sebagai bangsa yang terjajah tadi dapat memberi semangat bagi tumbuhnya perjuangan dan pergerakan nasional yang pada gilirannya melahirkan semangat kebangkitan nasional 1908 dengan organisasi Budi Utomo sebagai wadah perjuangannya.
Sebagaimana diketahui pemerintah colonial Belanda mampu menjajah Indonesia selama lebih kurang 350 tahun atau tiga setengah abad. Suatu periode yang sangat lama, karena bangsa Indonesia pada waktu itu terpecah belah antara lain karena politik “divide et empera” (memecah belah kemudian menguasai) bangsa Indonesia, politik “taji” (yaitu mencengkeram ummat yang berbeda agama untuk saling bertentangan). Mereka menganggap cara ini sangat mudah mengadu domba karena masing-masing penganut agama akan mempertahankan keyakinannya masing-masing dengan cara-cara yang salah.
Namun untunglah para pemuda yang berasal dari yong Sumatera, yong Java, yong Borneo, yong Selebes, yong Ambon dan lain-lain menyadari bahwa mereka harus bersatu untuk melawan penjajah, melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia”.
Dari berbagai kepustakaan yang ditulis oleh para ahli, seperti : Soerjono Soekanto dan Soeleman B. Taneko (1983) serta tulisan Nasikun (1984), terlihat belum terdapat kepastian jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia.
Sebagai contoh Hildred Geerts yang dikutip oleh Nasikun (1984) menyebutkan adanya lebih kurang 300 suku bangsa yang masing-masing dengan identitas dan bahasa yang tidak sama. Sedangkan M.A. Jaspan (Soerjono Soekanto dan Soeleman B. Taneko, 1983), dengan mengambil patokan kriteria bahasa daerah, kebudayaan serta susunan masyarakat menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sebanyak 364 suku bangsa dengan perincian sebagai berikut :
1) Sumatera : 47 suku bangsa
2) Jawa : 7 suku bangsa
3) Kalimantan : 73 suku bangsa
4) Sulawesi : 116 suku bangsa
5) Nusa Tenggara : 31 suku bangsa
6) Maluku Ambon : 41 suku bangsa
7) Irian Jaya (Papua) : 49 suku bangsa
Jumlah : 364 suku bangsa
Melihat jumlah suku bangsa yang begitu banyak di Indonesia, ditambah dengan kekayaan alam Indonesia dapatlah disadari bagaimana kekhawatiran bangsa lain akan potensi Indonesia di masa yang akan dating yang dapat menjadi pesaing kuat dalam berbagai bidang. Dengan banyaknya suku-suku bangsa di Indonesia berarti akan memperkaya kebudayaan nasional Indonesia. Sebagaimana amanah Undang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Kemudian ayat (2) “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Namun demikian banyaknya suku bangsa di Indonesia dapat pula menimbulkan perpecahan diantara suku-suku bangsa tersebut apabila tidak diberdayakan sebagaimana mestinya.
Untuk itulah perlu ditemukan suatu strategi yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang sudah lama menderita ini khususnya dari para pakar serta guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut memerlukan analisis, pertimbangan-pertimbangan ilmiah untuk mengkaji dan mencari solusi terbaik terutama dalam mengembangkan potensi anak didik dalam mempelajari sejarah bangsanya.
1) Ernest Renan (Perancis) : Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung (Le desire d’etreensemble).
2) Otto Bauer (Jerman) : Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya opersamaan nasib (Eine nation ist eine aus schiksals gemeinschaft erwachsene character gemeinschaft).
3) F. Ratzel (Jerman) : Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
4) Hans Kohn (Jerman) : Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat istiadat, kesamaan politik, perasaan dan agama.
Dari pandangan-pandangan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah rakyat yang telah memiliki kesatuan tekad guna membangun masa depan bersama dengan cara mendirikan negara untuk mengurus terwujudnya keinginan dan kepentingan bersama.
Bagi Indonesia, berikut ini akan dapat dilihat latar belakang histories pertumbuhan bangsa Indonesia yang dimulai dari waktu, budaya serta nilai-nilai yang tumbuh.
Merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa proses terjadinya bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari adanya persamaan nasib sebagai bangsa yang tertindas dan terjajah di bawah kekuasaan colonial Belanda dan Jepang, dimana kesadaran akan nasib sebagai bangsa yang terjajah tadi dapat memberi semangat bagi tumbuhnya perjuangan dan pergerakan nasional yang pada gilirannya melahirkan semangat kebangkitan nasional 1908 dengan organisasi Budi Utomo sebagai wadah perjuangannya.
Sebagaimana diketahui pemerintah colonial Belanda mampu menjajah Indonesia selama lebih kurang 350 tahun atau tiga setengah abad. Suatu periode yang sangat lama, karena bangsa Indonesia pada waktu itu terpecah belah antara lain karena politik “divide et empera” (memecah belah kemudian menguasai) bangsa Indonesia, politik “taji” (yaitu mencengkeram ummat yang berbeda agama untuk saling bertentangan). Mereka menganggap cara ini sangat mudah mengadu domba karena masing-masing penganut agama akan mempertahankan keyakinannya masing-masing dengan cara-cara yang salah.
Namun untunglah para pemuda yang berasal dari yong Sumatera, yong Java, yong Borneo, yong Selebes, yong Ambon dan lain-lain menyadari bahwa mereka harus bersatu untuk melawan penjajah, melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia”.
Dari berbagai kepustakaan yang ditulis oleh para ahli, seperti : Soerjono Soekanto dan Soeleman B. Taneko (1983) serta tulisan Nasikun (1984), terlihat belum terdapat kepastian jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia.
Sebagai contoh Hildred Geerts yang dikutip oleh Nasikun (1984) menyebutkan adanya lebih kurang 300 suku bangsa yang masing-masing dengan identitas dan bahasa yang tidak sama. Sedangkan M.A. Jaspan (Soerjono Soekanto dan Soeleman B. Taneko, 1983), dengan mengambil patokan kriteria bahasa daerah, kebudayaan serta susunan masyarakat menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat sebanyak 364 suku bangsa dengan perincian sebagai berikut :
1) Sumatera : 47 suku bangsa
2) Jawa : 7 suku bangsa
3) Kalimantan : 73 suku bangsa
4) Sulawesi : 116 suku bangsa
5) Nusa Tenggara : 31 suku bangsa
6) Maluku Ambon : 41 suku bangsa
7) Irian Jaya (Papua) : 49 suku bangsa
Jumlah : 364 suku bangsa
Melihat jumlah suku bangsa yang begitu banyak di Indonesia, ditambah dengan kekayaan alam Indonesia dapatlah disadari bagaimana kekhawatiran bangsa lain akan potensi Indonesia di masa yang akan dating yang dapat menjadi pesaing kuat dalam berbagai bidang. Dengan banyaknya suku-suku bangsa di Indonesia berarti akan memperkaya kebudayaan nasional Indonesia. Sebagaimana amanah Undang-Undang dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Kemudian ayat (2) “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Namun demikian banyaknya suku bangsa di Indonesia dapat pula menimbulkan perpecahan diantara suku-suku bangsa tersebut apabila tidak diberdayakan sebagaimana mestinya.
Untuk itulah perlu ditemukan suatu strategi yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang sudah lama menderita ini khususnya dari para pakar serta guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut memerlukan analisis, pertimbangan-pertimbangan ilmiah untuk mengkaji dan mencari solusi terbaik terutama dalam mengembangkan potensi anak didik dalam mempelajari sejarah bangsanya.
lanjutan nya mana nih
BalasHapus