Hierarki Nilai PKn | Biasa Membaca -->

Hierarki Nilai PKn

Hierarki Nilai PKn

Nilai berhubungan dengan aspek keyakinan manusia dalam menentukan pilihannya, ia bersifat abstrak namun real adanya. Rescher (1969:14-19) mengemukakan bahwa nilai dapat diklasifikasikan menjadi 6 sebagai berikut :

a. Pengakuan, yaitu pengakuan subjek tentang nilai yang harus dimiliki seseorang atau suatu kelompok, misalnya nilai profesi, nilai kesukuan atau nilai kebangsaan.

b. Objek yang dipermasalahkan, yaitu cara mengevaluasi suatu objek dengan berpedoman pada sifat objek yang dinilai, seperti manusia dinilai dari kecerdasannya, bangsa dinilai dari keadilan hukumnya.

c. Keuntungan yang diperoleh, yaitu menurut keinginan, kebutuhan, kepentingan atau minat seseorang yang diwujudkan dalam kenyataan, contohnya kategori nilai ekonomi, maka keuntungan yang diperoleh berupa produksi; kategori nilai moral, maka keuntungan yang diperoleh berupa nilai kejujuran

d. Tujuan yang akan dicapai, yaitu berdasarkan tipe tujuan tertentu sebagai reaksi keadaan yang dinikai, contohnya nilai akreditasi pendidikan

e. Hubungan antara pengembang nilai dengan keuntungan:
1) Nilai dengan orientasi pada diri sendiri (nilai egosentris) yaitu dapat mempertahankan keberhasilan dan ketentraman.
2) Nilai dengan orientasi pada orang lain, yaitu orientasi kelompok:

  • Nilai yang berorientasi pada keluarga hasilnya kebanggan keluarga
  • Nilai yang berorientasi pada profesi hasilnya nama baik profesi
  • Nilai yang berorientasi pada bangsa hasilnya nilai patriotisme
  • Nilai yang berorientasi pada masyarakat hasilnya keadilan sosial
  • Nilai yang berorientasi pada kemanusiaan yaitu nilai-nilai universal.

Hierarki nilai sangat tergantung dari sudut pandang dan nilai yang menjadi patokan dasar si penilai. Tingkatan atau hierarki nilai akan berbeda antara orang atheis dengan orang religius, demikian juga dengan orang materialis. Bagi orang religius tentu saja nilai-nilai religi akan menempati posisi utama atau tertinggi, sementara bagi orang materialis akan menempatkan nilai materi pada posisi tertinggi. Nilai tentu saja dipandang penting oleh setiap orang, namun tingkat kepentingan nilai tersebut tidaklah sama, itulah sebabnya nilai memiliki tingkatan, dalam pengertian ada hierarkinya.

Menurut Max Scheller (Kaelan 2002:175) menyebutkan hierarki nilai tersebut terdiri dari:

  1. Nilai kenikmatan, ....... , yaitu nilai yang mengenakan atau tidak mengenakan, yang berkaitan dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.
  2. Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan.
  3. Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungan.
  4. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci dan tidak suci.
Adapun Notonagoro (Dardji,1984:66-67) membagi hierarki nilai pada tiga:

  1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
  2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan aktivitas.
  3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian ini bisa dibedakan pada empat macam:

  1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
  2. Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (esthetis, gevoel, rasa) manusia.
  3. Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen, karsa) manusia.
  4. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Di Indonesia (khsusnya pada dekade penataran P4) hierarki nilai dibagi tiga (Kaelan, 2002:178) sebagai berikut:

1) Nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar ontologis) yaitu merupakan hakekat, esensi, intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakekat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakekat Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.

2) Nilai instrumental, ...... , merupakan suatu pedoman yang dapat diukur atau diarahkan. Bilamana nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu akan merupakan suatu norma moral. Namun jikalau nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi ataupun negara maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijaksanaan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar. Sehingga dapat dikatakan nilai instrumental merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

3) Nilai praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam suatu kehidupan nyata. Sehingga nilai praksis ini merupakan perwujudan dari nilai instrumental. ......, Nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu merupakan suatu sistem dalam perwujudannya tidak boleh menyimpang dari sistem itu

Nilai-nilai pada diri manusia dapat dilihat dari perilaku atau tingkah laku manusia itu sendiri. Rokeach (Mulyana, 2004: 27) mengistilahkan nilai antara nilai instrumental dan nilai akhir sebagai nilai terminal. Berikut jenis-jenis nilai instrumental dan nilai terminal menurut Rokeach.

Secara kronologis, kejadian nilai pada diri individu mengikuti urutan nilai sebagaimana di atas. Perilaku yang muncul saat seorang individu memelihara hidup bersih, maka akan berujung pada nilai akhir yang secara internal telah konsisten dimilikinya nilai keindahan atau kesehatan. Oleh karena itu, nilai-nilai instrumental atau nilai perantara akan sering muncul dalam perilaku mansuia secara eksternal, sedangkan nilai terminal atau nilai akhir bersifat inherent, tersembunyi di belakang nilai-nilai instrumental yang diwujudkan dalam perilaku.

Berdasarkan urutan kejadian nilai, ada yang membedakan nilai berdasarkan derajat kedekatan nilai dengan pemilik nilai (personal) dan derajat manfaat nilai bagi orang lain (sosial). Sebagai contoh, prestasi akademik yang sering diidentifikasi melalui indikator-indikator perilaku seperti memiliki ranking yang bagus, aktif belajar di kelas, mengerjakan tugas tepat waktu, dan apapun memperoleh nilai-nilai ujian yang memuaskan. Apabila nilai-nilai interpersonal diidentifikasi melalui indikator-indikator yang lebih bernuansa moral-etik seperti mampu memanfaatkan orang lain, mempunyai rasa empati, solidaritas yang tinggi, ramah, santun dalam berbicara, maka nilai dimaksud sudah masuk pada tataran nilai sosial.

Nilai-nilai yang bersifat personal terjadi dan terkait secara pribadi atas dasar dorongan yang lahir secara psikologis dalam diri seorang individu, sedangkan nilai-nilai sosial, akan lahir disebabkan adanya kontak langsung secara psikologis ataupun sosial dengan dunia luar. Inilah yang disebut sebagai nilai moral (moral values).

Hierarki Nilai PKn Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

0 komentar:

Posting Komentar

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com