Stratifikasi Masyarakat Industri | Biasa Membaca -->

Stratifikasi Masyarakat Industri

Industrialisasi di Indonesia bukan untuk mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin, melainkan sebagai lapangan kerja yang banyak menampung tenaga kerja. Karena itu, keterlibatan manusia dalam industri akan memunculkan lapisan-lapisan sosial berdasarkan fungsinya. Seperti kelas manager, kelas eksekutif, kelas karyawan, kelas pengawas, dan kelas pekerja. Begitu pula suatu industri satu sama lain tidak memiliki kedudukan sejajar, tergantung pada besarnya industri, modal, kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, gaji yang diterima karyawan, serta daerah pemasaran. Adanya perbedaan-perbedaan di setiap industri, baik berdasar-kan lapisan sosial maupun perbedaan kedudukan industri akan membedakan manusia yang terlibat di dalamnya, yaitu pasar kerja. Definisi pasar kerja adalah Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja. Seseorang dalam pasar kerja berarti yang bersangkutan menawarkan jasanya untuk produksi, apakah sedang bekerja atau mencari pekerjaan.

Stratifikasi Masyarakat Industri

Stratifikasi sosial akan muncul dalam suatu industri. Begitu pula masyarakat akan menilai stratifikasi sosial berdasarkan tempat kerja atau pasar kerja. Akibatnya masyarakat akan membedakan orang yang bekerja berdasarkan pasar kerja utama akan berada pada lapisan yang tinggi, sedangkan yang bekerja berdasarkan pasar kerja biasa akan berada pada lapisan yang lebih rendah. Pasar kerja biasa dipandang masyarakat tidak memiliki gengsi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: Pertama, karena rendahnya tingkat manajemen atau karena faktor lingkungan, sehingga perusahaan tidak dapat bersaing. Akibatnya perusahaan tidak dapat membayar gaji dan memberikan jaminan sosial yang memuaskan bagi karyawannya. Perusahaan yang demikian perlu dibantu oleh pemerintah, karena menyangkut tenaga kerja yang banyak. Apabila perusahaan tersebut mengalami pailit (bangkrut), maka banyak karyawan yang akan mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja), sehingga akan menimbulkan masalah sosial. Pemerintah perlu membantunya dengan pemberian subsidi produksi, keringanan pajak perusahaan, pemberian latihan manajemen dan kemudahan sumber-sumber pemasaran untuk hasil produksinya. Kedua, masalah-masalah yang timbul dalam pasar kerja biasa, dapat dipandang sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan. Karena itu, diperlukan peningkatan kualitas karyawan dengan belajar pada perusahaan lain yang sejenis dan lebih maju.


Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri modern memiliki dua bentuk utama, yaitu kelas dan status (kedudukan). Unsur kekayaan dan keturunan tidak terlalu penting, tetapi memiliki pengaruh dalam menentukan kelas dan status, walaupun demikian sifatnya tidak terlalu kuat. Dalam membahas suatu kelas sosial di masyarakat, seringkali disebutkan istilah 'prestise' atau gengsi sosial. Adapula yang mengunakan istilah 'status' atau kedudukan. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan posisi seseorang dalam suatu kelompok atau masyarakat. Prestise merupakan suatu hal yang terjadi disebabkan adanya status. Status dan prestise memang berbeda pengertian. Prestise memiliki kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya, misalnya, dua orang karyawan pegawai negeri sipil memiliki status, pangkat, dan golongan gaji yang sama, tetapi prestisenya berbe-da, karena salah satu bekerja di Kelurahan, yang lain bekerja di Pemda Provinsi.

Bentuk stratifikasi sosial menurut Parker, yaitu:

1) Kelas dalam masyarakat industri, Umumnya digunakan untuk menunjukkan pembagian di dalam masyarakat. Tanpa memperhatikan, apakah mereka menyadari posisinya itu atau tidak. 

2) Status sosial (kedudukan) dalam masyarakat industri. Status ini tidak menggambarkan pembagian posisi dalam masyarakat, tetapi menunjukkan tingkat posisi seseorang atau kelompok yang ditentukan oleh berbagai faktor.

Berdasarkan pendekatan konvensional di negara-negara industri maju pada umumnya memiliki struktur kelas. Akibatnya ada perbedaan pendapatan yang diterima oleh setiap orang, sehingga terbentuk lapisan-lapisan sosial. Pendekatan konvensional menganggap bahwa suatu jabatan merupakan kriteria utama sebagai prinsip dalam perbedaan antarkelas. Dalam hal ini Schneider mengemukakan pembagian kelas dalam industri, yaitu :

1) kelas pengusaha, atau pemilik industri terbagi berdasarkan ukuran produk yang dihasilkannya seperti, (a) industri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau kebutuhan ekspor; (b) industri yang mengolah bahan baku atau industri jasa (hotel, pariwisata dll.); (c) besarnya modal dll. Dengan demikian, pemilik industri mempunyai status dan pendapatan tertinggi;

2) kelas pemilik saham atau obligasi, banyaknya saham yang dimiliki dan tingginya nilai saham yang berlaku di pasar modal akan mempengaruhi kelas sosial pemiliknya;

3) kelas manajemen, tergantung pada perusahaan tempat bekerja atau tergantung pada kelas pengusahanya. Mereka dianggap kelas menengah atas industri;

4) kelas pengusaha kecil, dengan modal dan pemasaran yang terbatas, maka berada pada kelas pengusaha paling bawah, seperti, (a) pengusaha industri kerajinan; (b) pengusaha tekstil tradisional yang menggunakan alat tenun bukan mesin; (c) pengusaha genting dan bata merah; (d) pengusaha tahu dan tempe; dll. Dalam kelas sosial di masyarakat mereka dapat dikategorikan menduduki kelas menengah bawah.

5) kelas kerah putih, orang yang bekerja sebagai eksekutif pada sebuah perusahaan atau yang bekerja sebagai karyawan di bagian administrasi. Mereka tergantung pada perusahaan tempat bekerja dan gaji yang diterimanya. Di masyarakat, status sosialnya tergantung pada tempat bekerja yang akan membawa prestise dan besarnya jumlah pendapatan setiap bulan yang mereka terima. Sehigga adakalanya mereka terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas menengah (atas atau bawah) dan kelas pekerja.

6) kelas pekerja kasar (buruh), mereka yang memiliki keterampilan khusus maupun tanpa keterampilan. Pendapatannya setiap bulan yang paling rendah, sehinga dapat dikategorikan sebagai kelas pekerja. Tetapi apabila mereka tidak bekerja lagi di suatu industri, maka akan turun ke lapisan kelas bawah.

Orang yang bekerja dalam industri, seperti tenaga profesional, semi profesional, pekerja terampil, pekerja bagian pemasaran, mandor, pekerja jasa dll., dapat dimasukan ke dalam salah satu pembagian kelas dalam industri. Hal itu tergantung pada indikator untuk menetapkan kelas sosial, sehingga penempatannya dapat disesuaikan.

Perubahan status antarlapisan pada masyarakat industri lebih terbuka dan memungkinkan terjadi bagi semua orang. Perubahan yang terjadi adalah naik ke status yang lebih tinggi atau turun ke status yang lebih rendah. Dengan demikian, pemilik status akan menempati posisi tertentu sesuai dengan peran yang ia jalankan. Akibatnya orang tersebut akan menempati lapisan sosial baru dan membutuhkan pengakuan dari orang yang lebih dahulu menempati lapisan tsb.

Stratifikasi Masyarakat Industri Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

0 komentar:

Posting Komentar

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com