Banyak tokoh-tokoh politik dunia yang dibesarkan namanya oleh kemiskinan, peperangan bahkan dingin dan lembapnya tembok penjara. Namun, dengan kegigihan dan rasa cinta kepada rakyat, mereka lahir dalam catatan sejarah sebagai tokoh-tokoh penting penggerak perubahan.
Abraham Lincoln merupakan presiden Amerika ke-16 yang terlahir dari keluarga miskin dan tak berpendidikan. Ia hanya bisa mengenyam pendidikan kurang lebih selama setahun. Tapi semangat belajarnya tinggi. Ia memperkaya ilmu pengetahuan secara otodidak, khususnya ilmu yang berkaitan dengan hukum, melalui beragam buku bacaan. Tak heran bila ia tumbuh menjadi pemuda yang cerdas.
Pada usia ke-28, ia berhasil menjadi pengacara dan ahli hukum yang cukup disegani lantaran kecakapannya dalam bidang hukum. Ia juga dikenal sebagai pengacara jujur dan bertanggung jawab. Ia mulai muncul di dunia politik tahun 1832, sejak terpilih menjadi DPRD wilayah Illinois. Jabatan tersebut ia jalani selama kurang lebih 14 tahun. Karier politiknya kian meningkat. Tahun 1847 ia terpilih menjadi anggota DPR Amerika Serikat (hal 14-15).
Setelah berjuang lama di dunia politik, akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada 6 Maret 1860. Pada masa kepemimpinannya, ia membuat kebijakan penting (yang menjadi inti perjuangannya) yakni menghapuskan perbudakan. Kemunculannya sebagai presiden menuai pro dan kontra. Satu sisi, ia dikagumi masyarakat Amerika sebagai sosok pejuang pembebasan kaum budak. Di sisi lain, ia ditentang sebagian masyarakat yang tak sepakat dengan penghapusan perbudakan.
Pada 1864, untuk kali kedua, ia terpilih kembali menjadi presiden Amerika Serikat, tapi setahun pasca kemenangan keduanya, ia meninggal dunia, tertembak pria tak bertanggung jawab bernama John Wilkes Booth, yang diduga menderita sakit jiwa (hal 17).
baca juga : Makna Alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Benazir Bhutto adalah sosok pemimpin perempuan yang menjadi keran pembebasan bagi kaum perempuan Pakistan. Sebelum kemunculannya di dunia politik, Pakistan terkenal cukup teguh memegang budaya patriarkhi. Waktu itu, kaum perempuan terkekang, tak diberi kebebasan bergerak untuk mengekspresikan dirinya. Pada saat itulah, ia muncul sebagai tokoh politikus perempuan pertama yang membela nasib kaumnya yang tertindas. Kemunculannya tentu saja menunai pro dan kontra. Dalam proses perjuangannya, ia bahkan pernah diasingkan dan dipenjara.
Saat kali pertama terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, ia banyak mendapat ancaman dan ejekan dari para penentangnya. Mereka dengan tegas berteriak, “Seorang wanita telah merebut tempat laki-laki. Dia harus dibunuh! Dia harus dibunuh! Dia telah melakukan bid’ah.” Nahas, takdir menggariskannya mengkahiri hidup dalam peristiwa penembakan seseorang tak dikenal yang lantas melancarkan aksi bom bunuh diri sehingga sulit terungkap dalang di balik pembunuhan itu. Kematiannya menjadi tanda kehancuran negara dengan demokrasi yang baru dibangunnya (hal 58-60).
Soekarno merupakan presiden pertama RI yang dikenal sebagai ‘penyambung lidah rakyat’. Selain sebagai pemimpin kharismatik, ia dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia yang beberapa kali pernah dipenjara dan diasingkan oleh pemerintahan Belanda. Meski demikian, ia sosok yang pantang menyerah. Penjara dan pengasingan tak membuat semangat juangnya lumpuh (hal 134-135).
Kedatangan pasukan Jepang memberikan perubahan bagi Soekarno dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada 12 Februari 1942, Jepang melakukan penyerbuan ke Sumatera dan akhirnya Soekarno yang tengah diasingkan oleh pemerintah Belanda di sana pun dibebaskan. Tak lama kemudian, Jepang berhasil menguasai Kepulauan Nusantara.
Saat itu, Soekarno bersama Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara memimpin Pusat Tenaga Kerja (Putera) dengan memobilisasi kekuatan rakyat. Tahun 1943, Jepang mendirikan pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Dalam hal ini, Soekarno berperan sebagai figur yang memobilisasi pemuda-pemudi Indonesia untuk masuk dalam pasukan tersebut.
Pada saat Jepang menyerah kepada tentara sekutu, Soekarno dan Hatta segera mengambil alih kekuasaan. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Sehari kemudian, sidang yang digelar PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menetapkan Soekarno sebagai presiden pertama RI (hal 134-139).
Masih banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang diulas buku ini. Antara lain, Fidel castro, Hugo Chavez, Mao Zedong, Nelson Mandela, dll. Meski catatan hidup mereka tidak sepenuhnya tertera dalam buku-buku sejarah, beberapa dikotori oleh tindakan-tindakan otoriter, namun kegigihan mereka dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan kehormatan bangsa pantas diteladani oleh para politikus masa kini.
selanjutnya : Sikap dan Komitmen Mempertahankan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pada usia ke-28, ia berhasil menjadi pengacara dan ahli hukum yang cukup disegani lantaran kecakapannya dalam bidang hukum. Ia juga dikenal sebagai pengacara jujur dan bertanggung jawab. Ia mulai muncul di dunia politik tahun 1832, sejak terpilih menjadi DPRD wilayah Illinois. Jabatan tersebut ia jalani selama kurang lebih 14 tahun. Karier politiknya kian meningkat. Tahun 1847 ia terpilih menjadi anggota DPR Amerika Serikat (hal 14-15).
Setelah berjuang lama di dunia politik, akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada 6 Maret 1860. Pada masa kepemimpinannya, ia membuat kebijakan penting (yang menjadi inti perjuangannya) yakni menghapuskan perbudakan. Kemunculannya sebagai presiden menuai pro dan kontra. Satu sisi, ia dikagumi masyarakat Amerika sebagai sosok pejuang pembebasan kaum budak. Di sisi lain, ia ditentang sebagian masyarakat yang tak sepakat dengan penghapusan perbudakan.
Pada 1864, untuk kali kedua, ia terpilih kembali menjadi presiden Amerika Serikat, tapi setahun pasca kemenangan keduanya, ia meninggal dunia, tertembak pria tak bertanggung jawab bernama John Wilkes Booth, yang diduga menderita sakit jiwa (hal 17).
baca juga : Makna Alinea Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Benazir Bhutto adalah sosok pemimpin perempuan yang menjadi keran pembebasan bagi kaum perempuan Pakistan. Sebelum kemunculannya di dunia politik, Pakistan terkenal cukup teguh memegang budaya patriarkhi. Waktu itu, kaum perempuan terkekang, tak diberi kebebasan bergerak untuk mengekspresikan dirinya. Pada saat itulah, ia muncul sebagai tokoh politikus perempuan pertama yang membela nasib kaumnya yang tertindas. Kemunculannya tentu saja menunai pro dan kontra. Dalam proses perjuangannya, ia bahkan pernah diasingkan dan dipenjara.
Saat kali pertama terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan, ia banyak mendapat ancaman dan ejekan dari para penentangnya. Mereka dengan tegas berteriak, “Seorang wanita telah merebut tempat laki-laki. Dia harus dibunuh! Dia harus dibunuh! Dia telah melakukan bid’ah.” Nahas, takdir menggariskannya mengkahiri hidup dalam peristiwa penembakan seseorang tak dikenal yang lantas melancarkan aksi bom bunuh diri sehingga sulit terungkap dalang di balik pembunuhan itu. Kematiannya menjadi tanda kehancuran negara dengan demokrasi yang baru dibangunnya (hal 58-60).
Soekarno merupakan presiden pertama RI yang dikenal sebagai ‘penyambung lidah rakyat’. Selain sebagai pemimpin kharismatik, ia dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia yang beberapa kali pernah dipenjara dan diasingkan oleh pemerintahan Belanda. Meski demikian, ia sosok yang pantang menyerah. Penjara dan pengasingan tak membuat semangat juangnya lumpuh (hal 134-135).
Kedatangan pasukan Jepang memberikan perubahan bagi Soekarno dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada 12 Februari 1942, Jepang melakukan penyerbuan ke Sumatera dan akhirnya Soekarno yang tengah diasingkan oleh pemerintah Belanda di sana pun dibebaskan. Tak lama kemudian, Jepang berhasil menguasai Kepulauan Nusantara.
Saat itu, Soekarno bersama Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara memimpin Pusat Tenaga Kerja (Putera) dengan memobilisasi kekuatan rakyat. Tahun 1943, Jepang mendirikan pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Dalam hal ini, Soekarno berperan sebagai figur yang memobilisasi pemuda-pemudi Indonesia untuk masuk dalam pasukan tersebut.
Pada saat Jepang menyerah kepada tentara sekutu, Soekarno dan Hatta segera mengambil alih kekuasaan. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Sehari kemudian, sidang yang digelar PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menetapkan Soekarno sebagai presiden pertama RI (hal 134-139).
Masih banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang diulas buku ini. Antara lain, Fidel castro, Hugo Chavez, Mao Zedong, Nelson Mandela, dll. Meski catatan hidup mereka tidak sepenuhnya tertera dalam buku-buku sejarah, beberapa dikotori oleh tindakan-tindakan otoriter, namun kegigihan mereka dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan kehormatan bangsa pantas diteladani oleh para politikus masa kini.
selanjutnya : Sikap dan Komitmen Mempertahankan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
0 komentar:
Posting Komentar