Pada dasarnya bunyi bahasa yang sampai di pendengaran kita mengalami pembagian (segmentasi) dari yang besar sampai yang paling kecil. Segmentasi ini memilah bunyi pada batas-batas satuan atau bentuk-bentuk bahasa: kalimat, klausa, frasa, kata, suku kata/silaba), sampai segmentasi terkecil adalah fonem. Jadi, kalau Anda mengujarkan bunyi [a] sampai dengan [z], bunyi-bunyi tersebut merupakan bunyi segmental.
Sebagai manusia bunyi segmental yang telah dibentuk, diperlengkapi dengan bunyi suprasegmental, sehingga bunyi yang dihasilkan lebih bermakna dalam berkomunikasi. Bunyi suprasegmental juga merupakan satu kontinum, yang meliputi jeda, nada, tekanan, dan tempo. Berikut ini penjelasannya.
1. Jeda
Jeda sering disebut kesenyapan. Artinya helaan nafas saat berujar. Ini terjadi diantara dua bentuk linguistik, baik antarkalimat, antarfrase, antarkata, antarmorfem, antarsilaba, maupun antarfonem. Jeda di antara dua bentuk linguistik yang lebih tinggi tatarannya lebih lama kesenyapannya bila dibanding dengan yang lebih rendah tatarannya. Jeda antarkalimat lebih lama bila dibandingkan dengan jeda antarfrase. Jeda antarfrase lebih lama bila dibandingkan dengan jeda antarkata. Begitu juga seterusnya.
Dalam bahsa Indonesia jeda lebih fungsional daripada bunyi suprasegmental yang lainnya. Perhatikan jeda pada kalimat berikut.
(1) Ibu menjahit kain / sobek.
(2) Ibu menjahit / kain sobek.
(3) Ibu / menjahit kain sobek.
Dengan perbedaan jeda yang agak lama antara kata tertentu, maksud kalimat (1), (2), dan (3) menjadi berbeda. Kalimat (1) ‘yang sobek adalah ibu’. Pada kalimat (2) ‘yang sobek adalah kain’. Pada kalimat (3) ‘yang sobek adalah kain yang sedang dijahit ibu’.
2. Nada
Nada merupakan naik-turunnya bunyi, atau tinggi-rendahnya bunyi pada saat diujarkan. Dalam bahasa Indonesia nada menentukan maksud kalimat. Contoh kalimat dasar
Kamu lari.
Diujarkan dengan nada akhir turun merupakan kalimat berita (deklaratif). Nada akhir naik merupakan kalimat perintah, seru (imperatif). Nada akhir meliuk naik merupakan kalimat tanya (interogatif).
Dalam fonologi dipinjam titinada/not angka chipe yang sehari-hari dipergunakan dalam senimusik. Perhatikan contoh berikut.
(4a) ka + mu la + ri
# 2∙ 3 // ∙23 1 # Kalimat berita
(4b) ka + mu la + ri
# 2∙ 3 // 2 4 # Kalimat perintah
(4a) ka + mu la + ri
# 2∙ 3 // 21 3 # Kalimat tanya
Tanda titik menunjukkan: jika padaruang suara tersebut terisikan lebih dari suatu kata, maka beberapa sukukata selain yang terakhir memiliki nada yang sama dengan sukukata pertama. Perhatikan contoh kalimat berikut.
Adik kamu berlari
a + dik ka + mu ber + la + ri
# 2 2 2 3 // 2 3 1 #
3. Tekanan
Tekanan adalah kuat-lemahnya tenaga yang dikeluarkan paru-paru dalam menghembuskan udara saat bahasa dihasilkan. Dalam bahasa Indonesia tekanan dapat membedakan maksud kalimat. Perhatikan kalimat berikut.
(6) Saya membaca buku.
(6a) Saya membaca buku.
(6b) Saya membaca buku.
(6c) Saya membaca buku.
Tekanan pada (6a) bermaksud ‘saya’ yang membaca bukan ‘orang lain’
Tekanan pada (6b) bermaksud saya ‘membaca’ bukan ‘kegiatan lain’
Tekanan pada (6c) bermaksud membaca ‘buku’ bukan ‘bacaan lain’
4. Tempo
Tempo sering juga disebut durasi. Tempo adalah panjang-pendeknya bunyi pada saat diujarkan, baik pada vokal maupun konsonan. Bunyi pada vokal ditandai dengan mora. (tanda titik setelah vokal). Pada konsonan ditandai dengan geminasi. (garis di atas konsonan, tasydid dalam bahasa Arab). Misalnya:
Awas! diujarkan [awa: s]
Malu. diujarkan [maḹu]
Jeda, nada, tekanan, dan tempo yang dalam tataran fonologi disebut suprasegmental ini, pada tataran sintaksis dikenal dengan istilah intonasi.
0 komentar:
Posting Komentar