Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan | Biasa Membaca -->

Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan

Untuk mengkategorikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu tentang apakah ilmu pengetahuan itu. Secara singkat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistemasis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang kebenarannya dapat diperiksa ditalaah (kontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Dengan demikian ada beberapa poin untuk mengkategorikan antara pengetahuan biasa dan ilmu pengetahuan. Jika melihat dari batasan ilmu pengetahuan tersebut tentu ada beberapa poin yang harus dipenuhi oleh pengetahuan agar menjadi ilmu pengetahuan. Poin-poin tersebut merupakan kebulatan antar elemen yang diantaranya adalah;

Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan

A. Pengetahuan (knowledge)

Yang dimaksud pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera, yang tentunya berbeda sekali dengan kepercayaan atau keyakinan (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru (missinformation). Contoh, tanaman yang dipupuk akan lebih subur daripada tanaman yang tidak dipupuk. Hal ini tentunya merupakan pengetahuan yang hasil a. pengetahuan tersebut berasal dari pengalaman yang dapat dibuktikan kebenarannya, artinya pengalaman tersebut dapat dilihat dan didengar oleh indera manusia. Lain halnya dengan gejala memberikan sesajian ke pojok sawah sebelum masa tanam padi yang dipercayai akan mendatang berkah. Memberikan sesajian kepada roh-roh bukan pengetahuan tetapi kepercayaan atau keyakinan yang tidak dapat dilihat dengan indera. 

B. Tersusun secara sistematis

Yang dimaksud dengan sistematika pengetahuan adalah urut-urutan antar elemen sebagai suatu kebulatan, sehingga urut-urutan antar elemen tersebut memberikan gambaran dari garis besar ilmu pengetahuan. Sistem merupakan konstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai. Artinya setiap bagian dari suatu keseluruhan tersebut dapat dihubungkan dengan lainnya. Bagian-bagian tersebut diantaranya adalah; (1) realita, (2) logika / penalaran, (3) permasalahan, (4) metodologi pengetahuan, (5) pengamatan, (6) pembuktian. Dari komponen-komponen ilmu pengetahuan tersebut dapat dianalisa bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah realita. 

Dari realitas tersebut timbul penalaran tentang suatu permasalahan, tentang apa, mengapa, bagaimana, kapan, dimana realitas itu terjadi. Jika dunia ini adalah realita, maka melalui penalaran bisa ditanyakan bagaimana dunia ini diciptakan, mengapa dunia ini diciptakan, kapan diciptakan dan lain sebagainya. Untuk menjawab permasalahan itu sendiri tentunya tidak boleh hanya menggunakan perkiraan-perkiraan saja tetapi jawaban tersebut harus didasarkan pada bukti yang nyata dengan menggunakan seperangkat metodologi tertentu. Jawaban dari permasalahan tersebut harus terbuka artinya boleh diuji kebenarannya oleh semua pihak. 

C. Menggunakan pemikiran

Yang dimaksud pemikiran adalah pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan atau fakta dengan melihat dan mendengar sendiri melalui alat komunikasi, seperti membaca, mendengar, melihat dan sebagainya. Apa saja yang diperoleh dari realita tersebut diorganisasi di dalam otak untuk dianalisa melalui logika. Dari realita terdapat gejala-gejala kehidupan sosial, misalnya kecenderungan masyarakat pedesaan yang cenderung ingin pindah ke kota. Tentunya melalui pemikiran tersebut terdapat beberapa pertanyaan misalnya, mengapa masyarakat pedesaan selalu memiliki kecenderungan untuk pindah ke kota. Dari paparan itu jelas sekali bahwa pikiran memiliki peran untuk menganalisa persoalan-persoalan yang muncul di dalam realita yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan tadi. 

D. Dapat dikontrol kebenarannya secara kritis oleh siapapun sehingga ilmu tersebut benar-benar obyektif. 

Artinya pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan, sehingga keberadaannya dapat diketahui oleh umum, diperiksa, diuji kebenarannya. Sifat ilmu pengetahuan adalah terbuka, tidak ada satupun dari ilmu pengetahuan tersebut yang dirahasiakan atau disembunyikan. Dengan sifat obyektif dan terbukanya ilmu pengetahuan tersebut maka ilmu pengetahuan dapat diuji kebenarannya oleh siapapun.

Selain unsur-unsur ilmu pengetahuan sebagaimana telah dipaparkan di depan, ilmu pengetahuan juga memiliki sifat-sifat yang diantaranya adalah; 

1) Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional, artinya ilmu tersebut harus mempunyai sifat kegiatan berfikir yang ditundukkan kepada logika (penalaran). Berfikir rasional berarti berfikir secara sistematis yang kompleks dan konsepsional dengan kemampuannya menggunakan lambang untuk dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu obyek material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa. 

2) Ilmu pengetahuan bersifat empiris, artinya, karena kesimpulan (kongklusi) yang diambil harus tunduk pada pemeriksaan atau verifikasi indera manusia, maka kaidah logika formal dan hukum sebab akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat realitas obyektif (netral), yang artinya ilmu pengetahuan tidak memihak kepada siapapun kecuali kepada fakta atau bukti yang obyektif. 

3) Ilmu pengetahuan berdiri atas dasar dua unsur besar, yaitu fakta dan teori. Teori mendefinisikan (mengartikan atau menjabarkan) fakta sebagai observasi (pengamatan) empiris yang diverifikasikan (diperiksa), sedangkan teori mempunyai tugas fungsi menempatkan hubungan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan atas fakta saja, tetapi untuk menjadi ilmu fakta harus disusun dalam suatu sistematik (urut-urutan), dihubung-hubungkan, diinterprestasikan (dipahami) atau ditafsirkan atau dianalisa, sehingga tanpa metode tersebut suatu fakta tidak akan bisa menjadi ilmu. 

4) Ilmu pengetahuan harus bersifat umum, artinya kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu dapat diperiksa (diverifikasi) oleh para peninjau ilmiah dan dapat dipelajari atau diikuti secara umum dan dapat diajarkan secara umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia, akan tetapi justru mempunyai nilai sosial, dan kewibawaan ilmiah setelah hasil itu diketahui, diselidiki dan dibenarkan kebenarannya atau validitasnya (kebenarannya) oleh sebanyak mungkin ahli dalam bidang ilmu tersebut. 

5) Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif (saling berkaitan). Untuk dapat mengerti sifat ilmu yang akumulatif, perlu diketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan, sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan manusia. Contoh, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal dewasa ini adalah merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya, terutama ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.

Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: khadhika

0 komentar:

Posting Komentar

BERLANGGANAN GRATIS

Silahkan masukan e-mail anda untuk mendapatkan kiriman materi pelajaran terbaru dari biasamembaca.blogspot.com gratis langsung ke e-mail anda

Dikirim oleh biasamembaca.com