Melihat
secara faktual bahwa ternyata kondisi masyarakat bangsa kita saat ini
sedang dilanda “kegersangan nilai”, dengan keresahan hati yang begitu
mendapat, penulis dituntut untuk mencari solusi dari keadaan tersebut,
namun formula ke arah itu masih dalam keadaan samar, oleh karena itu ada
dua solusi:
A. Solusi Internal
Solusi
internal ini merupakan proses pembinaan ke dalam, tentang bagaimana
mengarahkan, membangun kembali jati diri, mengubah kebisaaan negatif
perilaku bansga ini dari mulai sikap individu masyarakat kita.
Diantaranya membentuk pribadi-pribadi yang religi sebagai titik tolak
penanaman akhlak bangsa.
B. Solusi Eksternal
Solusi
eksternal dasarnya berhubungan dunia luar, dengan latar belakang
perubahan zaman yang ditandai dengan perubahan pesat dalam banyak bidang
kehidupan masyarakat.Perubahan itu membawa kemajuan maupun kegelisahan
banyak orang.Yang paling nampak adalah bahwa komunikasi dan informasi
antardaerah dan antarbangsa berkembang begitu pesat, sehingga dunia
terasa semakin kecil.Orang bahkan sudah kerap melihat keadaan ruang
angkasa, yang dulu hanya dapat dibayangkan dan diimpikan.
Salah
satu hal yang menggelisahkan adalah masalah moral.Perubahan pesat
dibanyak bidang menimbulkan banyak pertanyaan sekitar moral dan nilai
kehidupan.Banyak orang merasa tidak punya pegangan lagi tentang
norma-norma terasa tidak meyakinkan lagi, atau bahkan dirasa asing dan
tidak dapat dijadikan pegangan sama sekali. Orang juga tidak dapat hanya
lari pada hati nurani pun merasa tak berdaya menemukan kebenaran
apabila norma-norma yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan
menjadi serba tidak pasti.
Dalam situasi itu dibutuhkan sikap
yang jelas arahnya. Tidak ragu-ragu dalam menghadapi arus global yang
sudah lewat ini dan sekarang kita sedang menjalani hidup pasca global
yang lebih parah lagi paradigma kehidupannya. Jadi solusi dalam tataran
eksternal ini adalah, membangun kemampuan dari tiga sistem norma moral
yang secara tradisional ditawarkan, yakni norma berdasarkan keyakinan
akan kewajiban mutlak (deontologis); norma berdasarkan tujuan perbuatan
(teleologis); atau norma berdasarkan hubungan-hubungan dengan orang lain
(relasional), sebaiknya ketiga sistem ini dipadukan bersama untuk
mencari kebenaran moral secara tepat, penilaian nilai moral atas sikap
maupun perbuatan mesti dilihat dari kewajiban yang muncul dari haknya
sendiri, dari tujuan yang hendak dicapai, dan dari mutu
hubungan-hubungan dengan sesama dalam sikap atau tindakan tersebut.
Hanya dengan demikian penilaian moral menjadi teliti dan seimbang,
bahkan mampu melayani hidup bersama.
Oleh karena itu perlu
kita sadari, bila kita mengusahakan penilaian moral ialah bahwa moral
yang menyangkut individu (internal) mesti dibedakan dari moral yang
menyangkut hidup dan urusan banyak (eksternal). Memang moral yang
menyangkut individu pun punya kaitan dengan orang lain. Tetapi kaitannya
itu tidak sekuat pada moral sosial yang langsung menyangkut orang
banyak. Sebagai contoh moralitas masturbasi, tidak menyangkut begitu
banyak orang lain bila dibandingkan dengan nilai moralitas sistem-sistem
sosial mesti lebih diperhatikan dibandingkan dengan tuntutan terhadap
moral seksual individu (Hadiwardojo,1990:10).
Dengan
demikian, dalam menyikapi persoalan kontekstualisasi nilai dalam
kehidupan pada zaman sekarang ini diperlukan kerja keras yang akurat dan
terarah (gerechtigkeit). Tidak semua masalah sama pentingnya dan sama
mendesaknya. Bahkan tidak semua masalah perlu dibicarkan. Maka dalam
makalah sederhana ini hanya masalah-masalah hangat yang disentuh, itupun
secara singkat. Kita sudah berusaha agar pendekatan terhadap masalah
kontekstualisasi nilai ini tidak terlalu teoritis, namun juga tetap
menyodorkan argumentasi yang tidak semata-mata pragmatis. Norma nilai
moral seringkali memang harus dikembalikan sampai pada nilai-nilai yang
hakiki (Hadiwardoyo 1990:11).
Kesimpulan dari uraian diatas
bahwa tata nilai kehidupan bagi manusia adalah sebagai titik tolak
perjuangan hidup dimana dengan :
- Nilai agama, kehidupan manusia menjadi terarah pada tujuan hidup yang hakiki, meluruskan niat hidupnya yang hakiki
- Nilai Filsafat, ilmu dan produk-produk ilmunya salah satunya iptek membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang perlu perjuangan dalam bentuk aktivitas positif yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain (dalam agama disebut ibadah).
- Nilai budayaMembuat hidup manusia menjadi lebih indah karena hakekat hidup manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi satu dengan yang lainnya mencerminkan peradaban dan kebudayaannya yang menjadi cikal bakal ketertiban dan perdamaian dalam mencapai tujuan hidupnya yang hakiki, kebersamaannya dalam perbedaan adalah prinsip hidup manusia yang bijak. Tuhan menciptakan manusia hidup bersuku-suku bangsa untuk saling mengenal, berinteraksi secara sinergis.
0 komentar:
Posting Komentar